Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2015, 16:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


KOMPAS.com -
Memakai cat kuku atau kuteks memang menyenangkan untuk setiap perempuan, sebab selain memberi warna pada penampilan, sekaligus dapat membuat kuku terlihat cantik juga. Malah terkadang, frekuensi pergantian warna
kuteks dan kreasi seni pada kuku yang kerap dilakukan, dapat mengatasi kebosanan penampilan. Namun, ternyata dari beberapa hasil penelitian, ada anjuran untuk tidak terlalu sering mewarnai dengan kuteks karena dapat merusak kesehatan kuku.

Kuteks merupakan produk kosmetika yang sepenuhnya dibuat dari bahan kimia. 
Aroma yang dikeluarkan saat menggunakan pewarna kuku ini pun berisiko. Selain itu, cairan penghapusnya juga dapat menimbulkan bahaya kesehatan.

Menurut dr. Michael F Roizen, M.D. dan Mehmet C Oz, M.D, seorang penulis buku
"YOU: The Owner's Manual for Teens: A Guide to a Healthy Body and Happy Life, tidak sedikit bahan kimia beracun yang terkandung dalam sebuah pewarna kuku. Ini tentu saja berbahaya tidak hanya bagi kuku, tapi juga untuk anggota tubuh lainnya. 

Phthalates yang digunakan sebagai pelarut untuk warna, dianggap cukup berbahaya untuk sistem saraf. Aseton dan toluene, yang menjaga warna tetap cair, menguap dengan cepat dan mengisi udara dengan kandungan racun yang berisiko bagi sistem pernapasan. Adapun benzofenon yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan kanker. 

Dokter Roizen dan Oz juga menyarankan agar tidak mengganti kuteks beberapa 
kali dalam seminggu. Sebab, biasanya para remaja dan perempuan yang mementingkan penampilan kerap melakukan hal ini. Di samping itu, sebaiknya tidak gunakan cairan penghapus kuteks lebih dari dua kali dalam sebulan. Memberikan jeda waktu untuk lapisan kuku bernafas sebelum memulas warna atau kreasi kuku baru sangat disarankan.

"Jika perlu menggunakan cairan penghapus pewarna kuku, hindari yang mengandung aseton tinggi. Zat ini akan membuat kering dan membahayakan kesehatan kuku. Penggunaan aseton yang berlebihan sakan memberi dampak negatif dan berakibat fatal bagi mata, saraf, bahkan paru-paru Anda," ujar dr Roizen dan dr Oz. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com