Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2015, 06:53 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com – Seseorang dengan pribadi solutif dan inovatif cenderung memiliki cara pandang berbeda dengan kebanyakan orang. Seperti kata motivator Mario Teguh, "Pribadi yang menarik, melihat hal-hal biasa dari sudut pandang yang tidak biasa baiknya".

Boleh jadi, ketika terbentur masalah, ada orang yang memilih melihat dari sudut negatifnya saja. Padahal, pikiran negatif malah menghalangi Anda melihat sisi lain dari sebuah permasalahan, yaitu kesempatan. Orang positif akan melihat masalah sebagai tantangan, bukan halangan.

"Pikiran negatif bisa menandai pikiran Anda dan membuat perbedaan tentang cara Anda menggunakan otak untuk berpikir dan berusaha," ucap Richard Petty, salah satu peneliti dari Ohio State University seperti dikutip Kompas.com.

Ubah perspektif, cari solusi

Banyak permasalahan bisa selesai atau setidaknya berkurang dengan mengubah sudut pandang. Anggaplah tantangan ini sebagai sebuah benda tiga dimensi. Jika ingin melihat sisi lain, Anda harus memutar, membalikkan, atau mengintip sudut tertentu.

Contoh nyatanya seperti yang dilakukan oleh Wanitarti. Ketika jengah melihat sendiri sampah yang menumpuk dan berbau busuk di tempat tingganya di Depok, Jawa Barat, ia malah tergerak melakukan perubahan. Ibu dua anak ini lalu mendirikan Bank Sampah. 

Bersama beberapa warga lain, Wanitarti mulai melakukan pengolahan sampah sederhana. Ia memilah sampah-sampah dalam kategori organik dan non-organik. Sampah organik dijadikan pupuk kompos, sedangkan sebagian sampah non-organik diolahnya secara kreatif menjadi kerajinan tangan yang bisa dijual.

Berpikir berbeda

Realita hidup bisa jadi hal yang sama bagi semua orang. Tapi, tiap individu memiliki kebebasan untuk memilih dari sudut mana mereka akan menerimanya.

Banyak inovasi lahir justru dari hasil pemikiran ulang hal-hal sehari-hari. Namun, di tangan orang kreatif, hal biasa itu bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Seperti kisah keberhasilan Howard Schultz, salah satu pendiri Starbucks berikut ini. 

Sebelum Starbucks berdiri, tiap pagi masyarakat AS terbiasa mengunjungi kedai-kedai langganannya, tempat mereka akan menuang sendiri kopi pekat ke dalam cangkir. Lalu, agar tak terlalu pahit, mereka manaburkan sedikit krim dan gula. Tak lupa, racikan itu kemudian diaduk menggunakan sedotan plastik tipis berwarna merah.

Namun begitu, Howard bersikeras membawa keromantisan dan keindahan kedai-kedai kopi Eropa. Awalnya, banyak yang menilai idenya terlalu ambisius dan tidak mungkin. Orang berpandangan, bagaimana mungkin Howard bisa mengubah kebiasaan masyarakat AS yang telah tertanam turun termurun selama berabad-abad lamanya itu?

Nyatanya, ketika diluncurkan, Starbucks malah mampu mendobrak pasar kopi AS walau berkali lipat lebih mahal karena ditambah racikan kopi eksotis ala Eropa. Masyarakat ketika itu mulai
menggandrungi kopi kaya rasa ketimbang kopi "biasa".

Hal itu segera menjadi gaya hidup baru orang Amerika. Howard akhirnya mampu mengubah tradisi meminum kopi warga AS yang menurutnya "membosankan" itu menjadi lebih berwarna.

Mengubah kebiasaan dari hal kecil

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com