Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/03/2017, 19:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Dalam kebudayaan peranakan, salah satu hal yang paling penting adalah usia. Oleh karena itulah, walaupun batik peranakan dapat digunakan oleh siapapun, secara tradisi ada perbedaan usia dalam penggunaannya.

Notty J Mahdi, anggota peneliti Forum Kajian Antropologi Indonesia, berkata dalam acara Pengaruh Kebudayaan Peranakan pada Corak Hias Batik Pesisiran yang diadakan di Museum Tekstil, Selasa (21/3/2017) bahwa batik peranakan bisa dijadikan penanda usia dan status pernikahan seseorang.

“Jadi, wanita-wanita yang belum menikah harus memakai warna yang cerah seperti merah muda, lalu ketika sudah menikah tetapi belum terlalu tua memakai warna merah. Ketika lebih tua, mereka memakai warna biru yang menggambarkan langit. Kemudian, kalau meninggal harus memakai warna putih,” ucapnya.

Tidak hanya warna, bunga pada batik peranakan ternyata juga dapat menunjukkan status pernikahan seseorang.

“Kita mungkin lihatnya bagus saja, atau sekadar ‘Oh, ini cempaka, ini bambu’, tetapi kalau orang peranakan yang melihat, mereka bisa tahu kalau yang memakai masih perawan atau sudah menikah,” kata Notty melanjutkan.

Namun, Notty juga menambahkan bahwa hal tersebut hanyalah tradisi pada masa lalu, sedangkan di masa sekarang penggunaan batik peranakan sudah lebih bebas dan sesuai selera masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com