Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com - Sumpah Pemuda kini memasuki tahun ke-89 sejak dideklarasikan. Artinya, peristiwa tersebut bukan lagi momen seumuran jagung.
Pada tahun yang tak lagi muda ini, Sumpah Pemuda ternyata masih eksis, dikenang serta mendarah daging. Namun, di era kini, lawan anak muda Indonesia bukan lagi penjajahan asing semata, melainkan tantangan zaman yang kian beragam. Mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi hingga hal-hal yang mendukung kokohnya sebuah bangsa.
Diskusi untuk peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-89 pada Sabtu (28/10/2017).Baca juga : Ini Delapan Desainer Indonesia Pilihan Bekraf di NY NOW 2017
"Perayaan Sumpah Pemuda nanti adalah merayakan kekuatan anak muda ke depan," kata Andi Sadha, koordinator peringatan Hari Sumpah Pemuda 2017, Jakarta, Selasa (24/10/2017).
Peringatan itu akan digelar di Istana Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (28/10/2017). Rencananya akan ada ratusan anak muda yang hadir untuk merayakan sekaligus bertemu Presiden Joko Widodo dalam rangka menyampaikan komitmen anak muda pada masa mendatang.
Kawanan rusa bebas berkeliaran di halaman kompleks Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/7/2016). Keberadaan rusa menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya dan Istana Bogor.Adapun beberapa anak muda yang turut hadir seperti CEO Go-Jek Nadiem Makarim, CEO Kitabisa M Alfatih Timur, penulis dan penggiat kreatif Fahd Pahdepie, sejarawan Asep Kambali dan anak-anak muda kreatif lain. Mereka pun dipastikan akan tampil mewakili seluruh anak muda Indonesia, bukan sebagai individu dari perusahaan atau kelompok.
Andi menambahkan usulan membuat komitmen ini juga tak lepas dari masalah perbedaan generasi, yang seringkali muncul anggapan jelek, seperti yang dialami generasi milenial saat ini. Dia bercerita profesi seniman dulu dipandang sebelah mata.
Baca juga : Generasi Millenial Lebih Setia Dibanding Orangtuanya
"Tapi saat ini, dengan teknologi, kehidupan seniman berubah. Menjadi kreator dalam platform video bisa memiliki kehidupan layak," katanya.
Oleh karena itu, peringatan serta pembuatan komitmen ini dianggap momentum agar tak ada lagi label buruk pada anak muda. Perlu kepercayaan kepada generasi milenial saat ini yang nantinya akan memimpin Indonesia ke depan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang