Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres Picu Keretakan Hubungan dengan Pasangan

Kompas.com, 29 Oktober 2017, 08:01 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com- Apakah anda sedang stres saat ini? Jangan khawatir, Anda tidak sendirian. Berdasar penelitian, stres di dunia pekerjaan sudah merasuk ke sendi-sendi kehidupan pribadi kita, dan itu mengancam kelanggengan hubungan dengan pasangan kita.

Penelitian menunjukan bahwa konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi faktor perusak nomor satu hubungan pasangan hidup manusia. Mengapa bisa terjadi?

Peneliti Amie M. Gordon, Ph.D. menjelaskan stres membuat orang menarik diri dan merasa kurang diperhatikan. Stres juga dijelaskan sebagai kondisi psikis merespon sebuah tekanan dan juga berpengaruh terhadap anggota tubuh secara fisik serta pikiran. 

(baca juga: Ini Alasan Wanita Tergoda Selingkuh)

Psikolog asal Amerika ini menambahkan bahwa orang stres akan merasa tidak mempunyai 'me time', dan merasa diasingkan oleh pasangannya.

"Kondisi stres yang berlarut akan membuat hubungan pasangan menjadi dangkal, lalu hubungan akan saling menjauh, dan rentan perselisihan," kata Gordon.

Gordon menambahkan bahwa dalam kondisi stres, kita lebih sering melihat yang buruk dari pasangan kita. Stres membuat logika kita tidak berjalan, dan cenderung untuk curiga akan semua hal. Hal tersebut membuat konflik antar pasangan lebih sering terjadi.

Dan saat bertengkar, orang stres tidak akan bisa mendengarkan dengan cermat dan baik. Terjadilah kesalahpahaman yang memicu pertengkaran.

Ilustrasi pasangan marahAstarot Ilustrasi pasangan marah
Perlu diketahui juga, stres menjadi racun bagi hubungan pasangan yang dangkal. Karena pasangan dengan kualitas hubungannya buruk, akan lebih terpengaruh dibandingkan dengan pasangan yang memiliki hubungan lebih stabil.

Bagi pasangan yang stabil, mereka dapat melihat permasalahan dan mencari solusinya, meski permasalahan tersebut tidak terjadi dalam hubungan mereka.

Bagaimana mengatasinya?

Untuk menghadapi stres dalam diri, Gordong menyarankan untuk mengenali rasa stres terlebih dahulu. Apakah tergolong stres ringan atau berat. Kemudian mencoba mencari cara untuk meningkatkan emosi positif dalam diri kita. Semisal dengan mendengarkan lagu favorit.

Lalu, redam kemarahan dengan mencari suasana berbeda yang lebih mendinginkan, misal jalan jalan sore. Setelah itu, jaga kebugaran dan kesehatan karena stres sering membuat orang lupa beristirahat dan melakukan hal hal bodoh yang membahayakan kesehatan. Dan, cobalah berbicara dengan pasangan untuk mengolah dan melihat penyebab stres dalam cara pandang berbeda.

(baca juga: Selingkuh Memang Bikin Ketagihan)

Bagaimana bersikap saat pasangan kita dilanda stres?

Langkah pertama adalah mengajaknya bicara. Cobalah mengerti permasalahannya dan berikan dukungan baginya. Lalu cobalah hadir bagi dirinya. Perasaan saling mendukung dengan cara mendengarkan dengan tulus akan membantu dirinya tenang. Kemudian membuat waktu untuk membangun suasana yang positif berdua juga mampu membantu mengurangi stres. Misal dengan makan malam dan berbagi kenangan indah bersama.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau