Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat IQ Warga Eropa Merosot, Apa yang Terjadi?

Kompas.com, 5 Januari 2018, 14:38 WIB

KOMPAS.com - Tingkat kecerdasan yang dicerminkan dalam poin IQ (intelligence quotient) pada warga di Eropa disebutkan, mengalami kemerosotan.

Penelitian terbaru terhadap warga di negara Skandinavia dan juga Inggris menyimpulkan adanya penurunan tingkat IQ, sejak beberapa dekade terakhir.

IQ adalah skor dari yang dihasilkan dari beberapa tes standar yang dirancang untuk menilai kecerdasan manusia.

Disebutkan, goyahnya capaian tingkat IQ di abad ke-20, dimulai dengan fenomena pada warga di negara-negara maju sejak pertengahan dekade 1990an.

Baca juga : Ingin Anak Punya IQ Tinggi dan Tidur Lelap? Beri Dia Makan Ikan

Michael Shayer, -salah satu peneliti yang turut ambil bagian dalam laporan tersebut, sejak 1995 terlihat ada "kekuatan sosial" besar yang telah mengganggu perkembangan pemikiran anak-anak.

Menurut Shayer, seperti yang dikutip dari laman Euronews, gangguan itu terasa semakin besar dari tahun ke tahun.

Shayer menyebutkan, "kekuatan sosial" yang dimaksudnya mencakup pengembangan teknologi, seperti konsol gim dan telepon pintar.

Alat-alat itu telah mengubah cara berkomunikasi antara anak, yang pada gilirannya berdampak pada perkembangan IQ.

"Coba ambil anak berusia 14 tahun di Inggris. Dulu, di tahun 1994, 25 persen anak di rentang usia ini bisa merampungkan tes matematika dan sains, kini hanya sekitar lima persen."

Sama halnya dengan di Inggris, studi tersebut juga menemukan bahwa tingkat IQ di negara-negara skandinavia, yang telah mengalami kemajuan selama beberapa dekade, kini mengalami kemunduran.

Baca juga : Bisakah Nilai IQ Ditingkatkan?

Finlandia, Norwegia, dan Denmark semuanya mengalami penurunan skor IQ rata-rata 0,23 poin per tahun sejak pertengahan 1990-an.

Mungkin saat ini degradasi itu terlihat amat kecil. Namun periset mengatakan, ada ancaman efek jangka panjang yang signifikan.

"Bila diproyeksikan lebih dari satu generasi (30 tahun), Finlandia akan kehilangan 7,49 poin IQ keseluruhan, Denmark 6,48 poin, dan Norwegia 6,50 poin."

Sementara di Swedia, meski tidak memiliki data untuk beberapa tahun terakhir, para periset yakin bahwa tren serupa terjadi di negara itu.

Sebab, Swedia pun memiliki pola perkembangan serupa dengan negara-negara dalam riset itu.

"Tampaknya faktor-faktor itu telah menyebabkan kekuatan untuk meningkatkan IQ seperti lenyap," ungkap periset lainnya James Flynn kepada majalah Swedia Forskning & Framsteg.

Baik Shayer maupun Flynn meyakini bahwa hasil penelitian ini pun mencerminkan tren global yang lebih luas.

Dampak serupa pun dialami berbagai negara di belahan dunia lain.

Masyarakat di negara industri maju seperti Jerman dan Belanda kini juga disebut menunjukkan tanda-tanda stagnasi dalam perkembangan IQ.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau