Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Balikan" dengan Mantan Jadi Bahan Penelitian, Hasilnya?

Kompas.com, 29 Januari 2018, 14:00 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

KOMPAS.com - Tak sedikit pasangan yang pernah memutuskan hubungan percintaan, lalu setelah beberapa saat kembali bersama lagi.

Ternyata ada penjelasan ilmiah dalam fenomena semacam ini. Dan, hal ini tak juga sepenuhnya buruk.

Penelitian yang digelar di Kansas State University pada tahun 2013 menemukan fakta, hampir 50 persen dari pasangan yang kembali bersama menilai bahwa pasangannya telah berubah lebih baik.

Atau, mereka kembali menjalin hubungan karena membangun komunikasi yang lebih baik. Namun, hasil penelitian terbaru menunjukkan alasan tersebut terlalu biasa.

Baca juga: Ini Tanda Kamu Masih Mengharap Mantan Pacar, dan Tips untuk Move On

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science, para peneliti dari Universitas Utah dan Universitas Toronto menanyai orang-orang soal alasan mereka mempertahankan atau memutuskan hubungan.

Alasan paling populer dari mereka yang mempertahankan hubungan adalah optimisme bahwa pasangannya bisa berubah, dan alasan emosional, serta tugas kelurga, hingga takut ada ketidakpastian terhadap mereka di kemudian hari.

Sebanyak 66 persen mengatakan, mereka bertahan karena kedekatan dan ketergantungan yang telah mereka bangun bersama pasangan.

Sementara mereka yang ingin meninggalkan pasangan merasa memiliki jarak secara emosional, hilangnya kepercayaan, dan perdebatan yang sudah terlalu sering.

Baca juga: Putus, Haruskah Unfollow Akun Medsos Teman-teman si Mantan?

Lalu, lebih dari sepertiganya, atau 38 persen, ingin memutuskan hubungan karena ketidaksetiaan.

Meski begitu, 49 persen dari merasa toh masih galau untuk meninggalkan pasangannya.

Para peneliti menemukan, hasil penelitian tersebut sejalan dengan fakta bahwa sekitar 50 persen pasangan yang sudah memutuskan hubungan kembali lagi bersama.

Putusnya hubungan seringkali lebih sulit dilakukan karena adanya keraguan. Perasaan campur aduk tersebut menjelaskan, pasangan-pasangan yang labil akan memilih kembali pada pasangannya setelah putus.

"Selama tidak ada masalah serius seperti tindakan kasar dalam hubungan dan masing-masing pasangan saling peduli, kesempatan kedua untuk membina hubungan yang suskes bisa saja didapatkan."

Baca juga: Cuma Perlu 3 Alasan Ini untuk Kembali ke Pelukan Mantan

"Intinya, komunikasi adalah fondasinya," kata Noelle Nelson, psikolog sekaligus penulis buku soal hubungan.

Nelson menambahkan, saat memutuskan untuk kembali bersama, pastikan Kamu jujur pada dirimu sendiri.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau