Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Merasa Sakit Setelah Membaca Informasi Gejala Corona?

Kompas.com, 25 Maret 2020, 18:24 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Membekali diri dengan informasi seputar infeksi virus corona memang dibutuhkan agar kita tetap waspada. Namun, tak jarang informasi-informasi tersebut menimbulkan kecemasan berlebihan.

Salah satu tanda kita mengalami kecemasan adalah ketika membaca tentang gejala-gejala infeksi virus corona, mendadak kita juga merasa memiliki gejala tersebut.

Walau sebenarnya kita berada dalam kondisi sehat, namun “sensasi sakit” itu bisa membuat kita makin cemas dan galau apakah harus memeriksakan diri ke dokter.

Fenomena tersebut sebenarnya adalah hal yang normal. Menurut penjelasan psikiater dr.Andri, hal itu disebut dengan reaksi psikosomatis tubuh.

“Keitka kita membaca berita atau cerita tentang gejala virus corona, tiba-tiba kita merasa tenggorokan kita agak gatal, nyeri, dan merasa sedikit meriang, walau suhu tubuh normal. Itu wajar,” ujarnya melalui akun Twitternya @mbahndi.

Ia mengatakan, reaksi psikosomatis itu timbul karena kecemasan yang dipicu oleh berita-berita yang terus menerus terkait virus corona atau Covid-19.

“Amygdala atau pusat rasa cemas, sekaligus memori kita, jadi terlalu aktif bekerja. Akhirnya kadang dia tidak sanggup mengatasi kerja berat itu,” papar dokter dari RS Omni Alam Sutera Tangerang ini.

Baca juga: Cara Mengendalikan Kecemasan di Tengah Pandemi Corona

Amygdala yang bekerja berlebihan ini juga mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan. Kita pun akan selalu berada dalam kondisi siaga terus menerus.

“Ketidakseimbangan ini yang membuat gejala psikosomatis muncul sebagai suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancaman,” paparnya.

Penelitian juga mencatat bahwa kesalahan diagnosis dapat menyebabkan kewaspadaan berlebihan, meningkatkan kecemasan, dan perilaku keselamatan ekstrem.

Dampaknya negatif bagi masyarakat, seperti terlalu banyak menggunakan sumber daya medis (masker, hand sanitizer, dan lainnya), bahkan kehilangan pekerjaan.??

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kecemasan selama epidemi Covid-19 ini, antara lain mengurangi membaca atau mendengar berita seputar virus corona.

Jika kita takut ketinggalan berita yang penting, cukup membaca dari media yang terpercaya, bukan dari aplikasi percakapan yang tidak diketahui kebenarnnya.

Ilustrasi batukShutterstock Ilustrasi batuk

Hindari juga mengetahui gejala-gejala penyakit yang kita alami di internet. Kita juga bisa melawan pikiran-pikiran negatif dengan mencari berita yang membawa kabar baik. Misalnya, alih-alih membaca tentang update jumlah korban meninggal, pilihlah untuk membaca kisah kesembuhan pasien.

Untuk mengurangi kecemasan berlebih, lakukan olahraga ringan agar hormone endorphin terpacu. Selama di rumah, kita bisa mengikuti kegiatan olahraga melalui youtube atau akun media sosial resmi dari pusat kebugaran.

Selama melakukan pembatasan jarak sosial, tentu kita memiliki banyak waktu luang di rumah. Manfaatkan untuk berlatih praktik meditasi agar pikiran lebih tenang.

Baca juga: Kapan Dunia Kembali Normal Setelah Pandemi Corona? Ini Jawaban Ahli

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau