Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup yang Sebabkan Orang Muda Sakit Hipertensi

Kompas.com, 3 Juni 2021, 20:01 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi yang umum dialami oleh generasi milenial saat ini. Fakta itu terungkap dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018.

Berdasarkan data tersebut, ditemukan sebanyak 34,11 persen orang dewasa di atas usia 18 tahun mengalami hipertensi.

Angka itu meningkat dari tahun 2013, yang menunjukkan 14,5 persen orang dewasa berusia di atas 18 tahun menderita penyakit tersebut. Sementara oorang berusia 25-43 tahun yang punya penyakit hipertensi sebanyak 14.7 persen dan 24.8 persen pada usia 35-44 tahun.

Dr Badai Bhatara Tiksnadi, Sp.JP (K), MM, FIHA, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menjelaskan, gaya hidup kurang bergerak menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Baca juga: Penyebab Tekanan Darah Tinggi yang Perlu Anda Waspadai

"Pada milenial, kemajuan teknologi yang membuat kita kurang bergerak, dan stres menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Sekarang ini kita bisa memesan makanan secara online lewat aplikasi sehingga kita lebih sedikit bergerak," jelas Badai dalam acara "Omron Virtual Media Briefing bersama YJI dan PERKI" yang diadakan virtual pada Kamis (3/6/2021).

Kaitan antara hipertensi dan Covid-19

Disampaikan Badai, dari data Center for Disease Control and Prevention (CDC) di tahun 2020, ditemukan banyak pasien Covid-19 juga mengalami penyakit hipertensi.

"Dari data CDC, hipertensi adalah komorbid atau penyakit penyerta terbanyak yang dialami penderita Covid-19. Sebanyak 60 persen pasien Covid-19 mengalami hipertensi," kata dia.

Baca juga: Untuk Kaum Rebahan, Berikut 8 Tanda Kamu Tak Cukup Banyak Bergerak

Tekanan darah tinggi yang terjadi dalam jangka waktu lama akan melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat tubuh rentan tertular infeksi.

Pasien Covid-19 dengan tensi yang tidak terkendali, sambung Badai, akan berisiko terkena infeksi Covid-19 yang parah dan mengalami komplikasi.

"Komplikasi itu bisa bentuknya stroke hingga serangan jantung," cetus Badai.

Ilustrasi olahragaAmazfit Ilustrasi olahraga

Gaya hidup tidak sehat meningkatkan risiko hipertensi

Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak bisa diubah, dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

Baca juga: 10 Perubahan Gaya Hidup untuk Menurunkan Tekanan Darah

"Umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga adalah faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi," tutur dia.

Sementara itu, faktor risiko hipertensi yang bisa dimodifikasi meliputi pola makan dan gaya hidup kita.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau