Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Membedakan Stres karena Haid dan Hamil?

Kompas.com, 24 April 2024, 13:33 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stres adalah sebuah pengalaman atau respons alami ketika kita dihadapkan pada tantangan, baik secara mental maupun fisik.

Adapun fluktuasi hormon menjadi salah satu dari sekian banyak komponen respons stres yang jika tidak seimbang. maka itu dapat memengaruhi banyak hal seperti fungsi reproduksi tubuh.

Pada perempuan, stres sering terjadi ketika individu mengalami haid atau menstruasi, serta di masa-masa kehamilan.

Namun, apakah stres ketika haid dan hamil itu berbeda? Lalu, bagaimana cara membedakannya?

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak penjelasan selengkapnya sebagaimana dikutip dari laman Healthline dan Medical News Today, pada Rabu (24/4/2024).

Baca juga: Sering Diabaikan, Kenali 6 Ciri Wajah Orang Stres

Perbedaan stres karena haid dan hamil

Stres dapat memengaruhi siklus haid dengan berbagai cara. Tidak hanya mengubah kadar hormon, tetapi juga dapat mengurangi energi yang kita miliki.

Kadar hormon alami kita umumnya bervariasi, tergantung pada posisi kita dalam siklus haid.

Bagaimana stres memengaruhi haid juga dapat bergantung pada kapan respons stres menjadi aktif dalam siklus dan berapa lama kita mengalami stres.

Tanda-tanda bahwa stres memengaruhi siklus haid kita, antara lain munculnya bercak, aliran yang tidak biasa, siklus haid yang tidak dapat diprediksi, haid yang lama, atau tidak haid sama sekali.

Baca juga: Alasan Stres Bisa jadi Penyebab Kamu Telat Haid

Sementara itu, stres karena kehamilan mungkin bisa lebih parah dan memiliki efek yang nyata terhadap gangguan secara fisik.

Misalnya, kepala terasa pusing, kesulitan untuk tidur di malam hari, dan efek berbahaya yang bisa memengaruhi janin.

Gejala stres pada kehamilan juga ditandai denga beberapa hal, yakni peningkatan denyut jantung, pernapasan cepat atau dangkal, kecemasan yang terus-menerus, mudah marah, pikiran obsesif, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, hingga kesulitan untuk bersantai atau rileks.

Kendati begitu, tidak ada pedoman yang menyatakan berapa besar atau lama stres pada kehamilan bia terjadi, karena perubahan emosi dan stres sebenarnya hal yang wajar saat hamil.

Namun, kita perlu mulai khawatir dan berkonsultasi dengan dokter apabila melihat ada gejala-gejala seperti ini:

  • merasa cemas, rendah diri, atau tertekan hampir sepanjang waktu selama lebih dari dua minggu.
  • mengalami kecemasan yang menyebabkan gejala fisik, seperti detak jantung berdebar-debar, napas cepat, merasa pingsan atau sakit, berkeringat, atau diare.
  • mengalami serangan panik.
  • mengulangi tindakan tertentu seperti menghitung atau memeriksa untuk membantu diri merasa lebih baik.
  • memiliki pikiran tidak menyenangkan yang terasa tidak terkendali.

• merasa sangat takut akan kelahiran sehingga tidak ingin melahirkan.

Jadi, semakin cepat kita mencari dukungan dari segi kesehatan fisik maupun mental, maka semakin cepat pula kita dapat mengobati atau mencegah stres yang berlebih.

Baca juga: Jangan Sepelekan, Ini Ciri-ciri Stres pada Ibu Hamil

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau