Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahan dalam Hubungan Toksik karena Yakin Pasangan Berubah, Tepatkah?

Kompas.com, 3 Oktober 2024, 07:53 WIB
Silmi Nurul Utami,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasangan merupakan orang yang menemani kehidupan kita. Lalu, bagaimana jika pasangan berlaku toksik dan menyakiti kita sehingga membuat kita ingin memutus hubungan dengannya?

Pada situasi ini, ketika pasangan meminta maaf karena kesalahannya, kita kerap kali bingung apakah harus meninggalkannya atau bertahan. 

Namun, tak sedikit orang yang bertahan dalam hubungan yang toksik dengan harapan pasangannya akan berubah menjadi lebih baik. Apakah hal itu tepat?

Baca juga:

Bertahan dalam hubungan toksik, tepatkah?

Menurut Psikolog Vania Susanto, masih banyak orang yang tetap bertahan dalam hubungan toksik dengan harapan pasangannya akan berubah.

Pada posisi tersebut, penting untuk mempertimbangkan hal baik dan buruk yang mungkin terjadi atas konsekuensi pilihan kita.

"Perlu dipertimbangkan, jika aku bertahan kira-kira dampak positif dan dampak negatifnya apa," ujarnya dalam webinar Psikologi Bangkit dari Toxic Relationship: Langkah Menuju Hubungan Sehat, Jumat (27/9/2024). 

Sayangnya, dalam hubungan toksik cenderung tidak ada dampak yang baik pada korbannya.

Semua dampak yang terjadi relatif buruk, serta merugikan fisik juga mental. 

"Apa lagi yang mau dipertahankan dalam hubungan ketika kita sudah sadar bahwa hubungan ini adalah toksik," tangkas Vania. 

Namun, kerap kali kita tetap bersikeras bertahan dalam hubungan. Karena perasaan sayang, bergantung, tidak mau kehilangan, dan harapan baik pada pasangan. 

Baca juga:

Misalnya, pasangan kita melakukakan kekerasan pada kita. Namun, ia meminta maaf bahkan hingga menangis hingga membuat kita luluh dan tidak tega. 

Padahal, perlakuan buruk yang dilakukan pasangan selama berpacaran bisa saja dilakukan kembali saat berumah tangga.

"Sekarang, misalnya pacaran tapi nanti lanjut ke hubungan yang lebih serius seperti pernikahan, kekerasan ini bisa jadi tetap dibawa ke dalam pernikahan," jelas Vania. 

Pasalnya, menurutnya perilaku toksik biasanya sulit berubah. Apalagi pelaku kekerasan biasanya memiliki tendensi untuk melakukan kekerasan secara berulang. 

"Kita tidak bisa mengharapkan pasangan kita berubah setelah menikah," ungkap Vania. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau