Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASN Jakarta Boleh Poligami, Waspada Dampaknya pada Anak

Kompas.com, 20 Januari 2025, 20:37 WIB
Tari Oktaviani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan aturan yang memperbolehkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jakarta berpoligami. 

Hal itu dituang dalam Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2025 tentang Tata Cara Pemberian Izin Perkawinan dan Perceraian. 

Dalam ilmu agama, poligami diperbolehkan. Namun, patut diketahui, poligami bukan hanya berdampak pada suami istri, tapi juga membawa sejumlah dampak psikologis pada anak. 

Baca juga: Poligami Bisa Bikin Pria Sakit Jantung

Menurut Psikolog Klinis di bidang keluarga, parenting, pasangan, dan orang dewasa, Ratih Ibrahim, M.M., seorang anak yang ayahnya melakukan poligami bisa mengalami kondisi konflik emosional dalam dirinya. 

"Perasaan bingung, tidak aman, atau konflik emosional, terutama jika anak merasa perhatian atau kasih sayang dari salah satu orangtua menjadi terbagi," ujar Ratih kepada Kompas.com, Senin (20/1/2025). 

Selain itu, dampak jangka pendek yang bisa terjadi dalam keluarga juga terkait dengan keharmonisan keluarga. Jika konflik antara ayah dan ibu terjadi, maka anak akan merasa tidak melihat keutuhan keluarga lagi.

"Kecemburuan atau ketegangan antara anggota keluarga akan sering terjadi," paparnya.

Meski begitu, Ratih yang sekaligus CEO dan Founder dari Personal Growth ini menyampaikan, poligami dapat memberikan dampak yang beragam pada anak, tergantung pada cara keluarga menangani situasi. 

Psikolog klinis dari Analisa Personality Development Center (APDC), Jeanita Deli Widjaja, M. Psi juga menyampaikan hal serupa. Ia menyebut, poligami bisa berdampak pada tumbuh kembang anak. 

Menurutnya, anak akan bergelut dengan kondisi emosional mereka ketika mendengar sang ayah memiliki istri lain.

Dampak jangka pendek ini akan menimbulkan perasaan sedih, kecewa, bahkan merasakan penyesalan atau guilty feeling.

"Mereka ada kecenderungan bertanya-tanya 'apa ini karena saya?' Dia akan mempertanyakan keberadaan diri atau apakah orangtuanya tidak harmonis karena dia, dan sebagainya," ujar Jeanita saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: 20 Alasan yang Membuat Orang Bercerai

Tidak hanya itu, poligami juga bisa berpengaruh pada akademik anak di sekolah. Sebab pikiran anak akan dipenuhi oleh keputusan sang ayah berpoligami, sehingga menjadi rentan kehilangan fokus pada pelajaran.

"Akademik turun di sekolah itu bisa jadi dampak jangka pendeknya, karena bisa menurunkan fokus anak," paparnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau