Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena From Zero to Hero Syndrome, Kenapa Perempuan Ditinggalkan Setelah Pasangan Sukses?

Kompas.com, 2 Juli 2025, 18:06 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Fenomena from zero to hero syndrome adalah kondisi ketika seseorang, biasanya laki-laki, meninggalkan pasangannya setelah meraih kesuksesan meski pasangannya telah menemani berjuang dari nol.

Fenomena ini ramai di media sosial dan banyak perempuan yang mengalami hal serupa. Meski begitu, psikolog klinis Melisa, M.Psi., Psikolog menuturkan, fenomena ini mungkin saja dialami perempuan dan laki-laki.

Baca juga: Fenomena From Zero to Hero Syndrome, Ketika Perempuan Menemani dari Nol Lalu Dilupakan

“Saya belum bisa menyatakan bahwa kebanyakan korbannya perempuan atau tidak karena belum ada data yang saya pegang sampai dengan saat ini. Tapi salah satu penyebabnya adalah adanya isu komitmen,” ujar Melisa saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/6/2025).

Di balik kisah "menemani berjuang bersama dari nol" yang sering dirayakan sebagai bentuk cinta sejati, ada kerja emosional yang diam-diam membebani perempuan.

Lantas, mengapa banyak perempuan yang mengalami fenomena from zero to hero syndrome?

Kenapa fenomena from zero to hero dialami perempuan?

1. Isu komitmen dalam relasi jangka panjang

Melisa menjelaskan, salah satu penyebab pasangan meninggalkan pasangan lainnya setelah sukses adalah karena tidak ingin berkomitmen jauh dalam relasi yang serius.

Namun, perempuan tetap berusaha mempercayai dan mendukung pasangannya meskipun tidak ada komitmen yang kuat sejak awal.

“Laki-laki yang meninggalkan ini kurang bisa menghargai dan menyelipkan effort yang dimiliki agar hubungan yang terjalin bisa dibawa hingga ke hubungan jangka panjang,” jelas Melisa.

Ketika komitmen tidak menjadi pondasi relasi, keberhasilan justru bisa memunculkan keinginan untuk membuka peluang baru, termasuk soal pasangan.

Baca juga:

2. Kurangnya kemampuan mengontrol diri

Banyak perempuan mengalami fenomena from zero to hero syndrome, ditinggal pasangan setelah berjuang bersama dari nol. Mengapa bisa terjadi?Dok. Shutterstock/MiniStocker Banyak perempuan mengalami fenomena from zero to hero syndrome, ditinggal pasangan setelah berjuang bersama dari nol. Mengapa bisa terjadi?

Tidak sedikit individu yang mengalami kebingungan akan apa yang sebenarnya diinginkan. 

Akibatnya, ketika dihadapkan pada “stimulus” baru, seperti perempuan lain atau gaya hidup berbeda, mereka pun mudah teralihkan dari pasangannya.

Tak jarang juga rasa bosan dan ingin mencoba hal baru jadi latar belakang seseorang berpaling.

“Akhirnya individu mudah terlena dengan stimulus yang muncul di depan mata sehingga lebih rentan untuk meninggalkan pasangannya yang sudah menemani di titik nol,” tambahnya.

Baca juga: Sadari Ciri Hubungan Toksik, Sebelum Terjebak Lebih Lama

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau