Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Setia pada Tujuan, Selamat di Perjalanan

Kompas.com - 22/06/2017, 19:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBestari Kumala Dewi

KOMPAS.com - Judulnya barangkali cocok dengan situasi aktual pemudik, tapi bukan itu maksud sebenarnya. Justru menjelang libur berjamaah begini pertanyaan di kamar praktik yang muncul antara lain, ”Dok, lebaran gimana dong ngatur makannya?”.

Saya butuh merenung sejenak untuk bisa mencerna maksud terdalam dari si penanya. Rasa kecewa dan sesal pun kadang muncul. Ah, mengapa perayaan-perayaan yang mestinya spiritual lalu berubah wujud jadi kebablasan nafsu?

Yang ribet butuh perubahan sensasi bukankah si licik otak alias ‘mind set’ sementara kerja tubuh membutuhkan konsistensi, regularitas dan komitmen?

Jantung tidak libur berdenyut, mengapa makanan sehat baginya harus libur? Ginjal butuh cukup air untuk mempertahankan fungsi filtrasi yang normal, lalu mengapa minuman hari raya jadi tidak wajar?

Barangkali bagi sebagian besar populasi manusia, saya dianggap manusia yang membosankan. Bisa jadi saya juga jenis spesies yang tidak mengerti artinya ‘fun’. Tapi apa yang fun lagi jika akibat dari fun tersebut akhirnya sama sekali enggak fun?

Dalam kelas pasien baru, saya selalu menekankan makna ‘tujuan’. Tujuan makan misalnya, sangat sederhana – bahkan hewan pun ‘memahaminya’ – yaitu hanya untuk bertahan hidup. Lalu, untuk apa mengonsumsi hal-hal yang akhirnya bikin cepat mati? Semua orang setuju, makanan yang membuat hidup lebih lama tentunya yang sehat dan seimbang.

Tuhan sudah cukup membuatnya. Bahkan berlebih. Yang menarik belakangan ini, banyak orang tidak lagi setia pada tujuan – tapi agak melenceng sedikit: mereka makan demi kecanduan, apa yang lidahnya doyan. Apa yang dibutuhkan badan? Sama sekali tidak terpenuhi.

Setia pada tujuan = hasil maksimal

Setia pada tujuan, bukan berarti membuat seseorang nampak membosankan. Itu asumsi yang terlalu dini. Setia pada hal-hal kecil, pada tujuan makan, tujuan berhari raya, tujuan kondangan, justru membuat saya lebih fokus dan mendapatkan hasil maksimal.

Hari raya dipusatkan pada silahturahimnya, memohon maaf dengan tulus, bukan sambil mengincar hidangan di atas meja. Atau lebih parah lagi, mendahulukan sowan ke rumah yang dikenal royal salam tempel dan jamuan yang memanjakan lidah.

Kondangan pun tak beda-beda amat. Kekalapan di meja pesta seakan dicocokkan sesuai dengan jumlah rupiah di amplop yang terjun bebas saat mengisi buku tamu.

Liburan ke luar negri? Katanya sambil wisata kuliner, faktanya yang disosor justru bukan makanan asli sana (yang sehat) tapi asing di lidah, melainkan sederet pangan yang kebetulan cocok dengan selera lidah. Alhasil, pulang vakansi badan remuk redam, bahkan menggemuk tanpa ampun.

Kembali ke kisah kamar praktik, banyak pasien yang perlu diajak mengingat kembali apa saja yang telah dilakukannya untuk mendzolimi tubuh – ketimbang meladeni keluh kesah hari ini seakan-akan semua penyakit datangnya mendadak.

Saya bukan tipe orang yang percaya dengan hal-hal yang datang tiba-tiba tanpa permisi. Hal seperti itu justru merupakan peringatan bahwa ada tanda-tanda yang diabaikan. Atau dianggap seakan-akan ‘everything is okay’.

Faktanya, tidak ada yang oke-oke amat. Masalahnya, kita sudah terlalu biasa dengan pembiaran. Hingga semuanya mati rasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com