Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diet Ketogenik yang Sedang Tren Bikin "Otak Lemot"

Dalam menjalani diet keto, tubuh akan mengandalkan lemak sebagai sumber energinya karena tubuh kekurangan gula. Menurut dokter spesialis gizi Dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK, diet keto sebetulnya hanya menyusutkan kadar air dalam tubuh, sehingga berat badan ikut menyusut.

"Air dalam tubuh kita itu fungsinya mengikat karbohidrat. Tetapi, ketika tidak ada asupan karbohidrat, maka air akan dilepaskan karena tidak mengikat apa-apa," kata konsultan gizi dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi ini.

Efek lain dari kurangnya asupan karbohidrat adalah menurunnya fungsi otak. Akibatnya daya tangkap orang yang sedang menjalani diet minim karbohidrat akan membuat otak jadi lambat berpikir.

"Otak bisa jadi lemot, karbohidrat itu kan nutrisi untuk otak, ketika karbohidrat dikurangi, artinya mengurangi asupan nutrisi ke otak," imbuh Samuel.

Untuk fungsi tubuh yang optimal, Samuel menyarankan agar kita tetap mengonsumsi karbohidrat minimal 120 gram per hari. Jenis karbohidrat yang disarankan adalah karbohidrat kompleks, misalnya nasi merah, ubi, dan kentang yang dikonsumsi bersama kulitnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/07/19/092800920/diet-ketogenik-yang-sedang-tren-bikin-otak-lemot-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com