Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Kesalahan Saat Menggunakan Tabir Surya

Namun menurut riset yang dimuat di Journal of the American Academy of Dermatology, ternyata ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang saat menggunakan tabir surya. Kesalahan tersebut bukan hanya membuat kulit tidak terlindung, namun juga bisa menimbulkan risiko kanker kulit akibat paparan ultraviolet dari matahari.

Berikut tujuh kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan sunscreen:

1. Tidak mengindahkan kandungannya

Matahari memancarkan sinar ultraviolet A dan B (UVA dan UVB) yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada kulit. UV B hanya sampai permukaan kulit dan bisa menyebabkan kemerahan dan gosong pada kulit, tapi UV A bisa menyebabkan kerusakan pada DNA dan efeknya akan membuat kulit kasar, keriput, dan efek jangka panjangnya kulit berisiko terkena kanker.

UV B ditahan oleh SPF atau Sun Protection Factor, sedangkan UV A ditahan menggunakan PA. SPF sendiri adalah ukuran perlindungan tabir surya terhadap UV B, sedangkan PA adalah ukuran perlindungan terhadap UV A. Semakin besar angkanya, makin besar pula perlindungan yang diberikan.

Oleh karenanya perlu memilih tabir surya yang memberi perlindungan terhadap dua jenis sinar itu, alias yang mengandung SPF dan PA.

“Biasanya orang memilih sunscreen berdasar SPF-nya saja. Padahal PA juga faktor penting karena menjaga dari UV A. Karenanya penting memperhatikan apa saja yang ada dalam sebuah kemasan sunscreen,” ujar dr. Fredi Setyawan, pendiri Natasha Group yang membuat formulasi tabir surya Bali Breeze di Bali, Kamis (27/7/2017).

Baca: Tabir Surya Buatan Indonesia yang Menggunakan Ekstrak Edelweiss

2. Hanya memakainya di luar ruangan

Kita seringkali hanya memakai tabir surya saat berada di luar ruangan. Padahal berada di dalam ruangan ternyata tidak membuat kita terlindungi 100 persen dari paparan sinar matahari. Kaca memang bisa menahan pancaran UVB, tapi UVA tetap bisa melewatinya.

“UVA ini memiliki panjang gelombang yang lebih panjang. Ia tidak menyebabkan terbakar, namun bisa masuk lebih dalam ke kulit dan menyebabkan penuaan dini, bahkan kanker kulit,” ujar dr. Fredi.

Oleh karenanya, bila Anda berada di dalam ruangan namun tetap terpapar sinar matahari dari kaca, seperti di mobil, maka disarankan tetap menggunakan tabir surya.

Menurut study yang dimuat di JAMA Ophthalmology, kebanyakan kaca depan mobil bisa menahan rata-rata 96 persen sinar ultraviolet. Namun kaca samping rata-rata hanya menahan 71 persen, sehingga sinar matahari yang melewatinya bisa menyebabkan kerusakan pada kulit.

3. Menggunakan hanya saat matahari bersinar terik

Kita seringkali tidak merasa perlu mengenakan tabir surya jika cuaca berawan dan matahari tidak kelihatan. Jika matahari tidak terlihat, maka sinarnya tidak berbahaya. Itu anggapan kita. Dan ternyata salah.

Awan memang mengurangi intensitas sinar matahari, terutama cahaya yang tampak. Namun tidak menghambat ultraviolet. “Lagi-lagi UVA bisa menembusnya, jadi kondisi berawan tetap bisa membuat kulit terpapar UVA,” kata dr. Fredi.

Jadi walau matahari tidak bersinar terik karena cuaca berawan, sunscreen tetap diperlukan untuk menjaga kulit. “Selama kita bisa melihat tangan kita di depan mata, maka sebenarnya ada sinar ultraviolet yang menerpa kita,” ujar Mona Gohara, M.D, dokter kulit di Department of Dermatology Yale University, seperti dikutip Menshealth.

4. Mengoleskan terlambat dan terlalu sedikit

Ketebalan pemakaian sunscreen menentukan seberapa besar perlindungan yang diberikan, demikian menurut American Academy of Dermatology.

Kebanyakan orang tidak mengoleskan sunscreen cukup di kulitnya karena tidak ingin menjadi lengket. Mereka memakainya tipis-tipis saja. Padahal saat ini ada pilihan tabir surya yang nyaman dipakai, tanpa ada kesan lengket berlebihan.

5. Tidak memakainya secara menyeluruh

Apakah Anda sudah mengoleskan sunscreen ke seluruh bagian tubuh yang terkena sinar matahari? Menurut study yang dimuat di Journal of the American Academy of Dermatology hanya 30 persen orang yang mengaplikasikan tabir surya dengan benar.

Bagian-bagian yang sering terlewatkan adalah belakang telinga, kelopak mata, pangkal hidung tepat di bawah dahi, kepala yang botak, dan di bawah bibir.

Padahal titik-titik itu rentan terkena dampak buruk ultraviolet. Bahkan sekitar 80 persen kanker bibir terjadi di bagian bawah bibir, menurut journal Anticancer Research. Untuk bagian ini, kita bisa menggunakan pemulas bibir yang mengandung SPF.

Baca: Apakah Tabir Surya Sebaiknya Dipakai di Wajah?

6. Menggunakan sekali untuk seharian

Mungkin kita sudah memilih produk tabir surya yang baik dan menggunakannya secara menyeluruh. Namun selama berjam-jam beraktivitas di luar ruang, kita lupa mengoleskan kembali. Harus diingat bahwa tabir surya tidak bertahan seharian.

Sebaiknya kita kembali mengoleskan tabir surya setelah dua hingga tiga jam berada di bawah paparan matahari. Apalagi kalau kita juga terpapar air, seperti saat berenang atau bermain di laut.

7. Hanya mengandalkan tabir surya

Dalam penelitian yang dimuat di Journal of the American Academy of Dermatology, ditemukan bahwa 38 persen orang hanya mengandalkan tabir surya saat beraktivitas di bawah sinar matahari. Ini dianggap bukan tindakan yang bijaksana, apalagi bila kita berada di luar pada tengah hari.

Walau sudah mengenakan tabir surya, namun saat matahari bersinar terik, kita sebaiknya juga melindungi tubuh dan muka, misalnya dengan mengenakan topi, kacamata hitam, dan baju lengan panjang.

Pelindung tambahan itu tentu akan membuat kita jauh lebih nyaman beraktivitas di luar ruangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/08/07/120754520/7-kesalahan-saat-menggunakan-tabir-surya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke