Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Edward Hutabarat Menangisi Perajin Lurik

"Saya selalu terharu, banyak tangan-tangan renta di sana. Saya teringat ibu saya yang harus melakukan perjuangan keras untuk menyekolahkan anak-anaknya," ujar Edo, panggilannya.

Video tersebut akan dipamerkan bersama dengan karya foto dan instalasi living and fashion mengenai lurik dalam pameran bertajuk Tangan-Tangan Renta yang berlangsung mulai 23-28 Agustus 2017 di Pelataran Ramayana Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

Selama 7 tahun terakhir ini, Edo bolak-balik ke sentra-sentra lurik di Klaten dan Yogyakarta untuk mengenal lebih jauh kain lurik.

Edo bercerita, salah satu yang membuatnya gelisah adalah saat ini perajin lurik didominasi warga berusia lanjut tanpa ada regenerasi. Ia takut jika lurik tidak bisa lestari.

"Perajinnya yang sampai usia 85 tahun masih menenun. Ada seorang ibu, saya pertama bertemu 6 tahun lalu. Terakhir ke sana matanya sudah buta dan ia hanya mengenali saya dari gelang yang saya pakai," katanya terharu.

Lewat pameran yang ia gelar bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation, Edo ingin mengangkat lurik menjadi bagian dari gaya hidup.

Sebagai seorang pecinta budaya dan wastra nusantara, Edo telah lama bersinggungan dengan lurik. Namun, baru 7 tahun terakhir ia secara intensif mendalami lurik.

Selama menelisik proses pembuatan lurik tersebut, Edo berkarib baik dengan R.Rahmad (85), pewaris perusahaan lurik tertua di Klaten, Sumber Sandang yang didirikan oleh ayahnya Suhardi, pionir pembuat lurik.

Edo juga bersahabat dekat dengan cucu-cucu H.Dibyo Sumarto, pendiri Kurnia Lurik yang juga pernah berguru pada Suhardi. Beberapa perajin lurik senior di Klaten dan Yogyakarta kini juga berteman baik dengan Edo.

Edo berharap, antusiasme masyarakat terhadap lurik bisa meningkatkan taraf hidup para perajin lurik. Ia juga menginginkan agar tangan-tangan muda berminat menekuni kerajinan lurik.

"Sudah saatnya tangan-tangan renta itu beristirahat dan digantikan oleh tangan-tangan muda," ujarnya.


https://lifestyle.kompas.com/read/2017/08/24/130000320/edward-hutabarat-menangisi-perajin-lurik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com