Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengejar Mimpi yang Tertunda

Dalam studi yang dilakukan oleh Sunlight lewat penelitian "Pockets of potensial: How micro-learning during pockets of time can lead to new skill and opportunities," terungkap bahwa 7 dari 10 wanita merasa tidak punya waktu luang karena banyaknya kesibukan.

Seorang wanita yang sudah berkeluarga pada umumnya akan merasa punya tanggung jawab lebih terhadap urusan domestik, seperti mengurus rumah, anak, dan suami. Sehingga mereka tidak punya waktu luang untuk dirinya sendiri.

"Karakter utama perempuan memang sangat berdedikasi pada suami dan anaknya, give her self ke orang-orang yang dicintainya sampai melupakan kepentingannya sendiri," kata psikolog Ratih Ibrahim dalam peluncuran program "Ibu Bersinar Sunlight" di Jakarta (19/9/2017).

Padahal, menurut Ratih, setiap orang, termasuk ibu, punyak hak untuk mewujudkan cita-citanya. Hal itu juga terungkap dalam survei Sunlight yang menyebut mereka masih punya keinginan kuat untuk mewujudkan impian jika ada kesempatan.

"Mayoritas merasa tidak punya waktu luang untuk mengejar passion. Mereka juga menjawab jika punya waktu akan memilih untuk belajar hal baru dan mewujudkan ambisinya," kata Veronika Utami, Head of House Hold Care PT.Unilever Indonesia dalam acara yang sama.

Utami menambahkan, setiap orang bisa mewujudkan impian atau passion-nya dengan terus mengasah diri. Salah satunya dengan menggunakan waktu luang 15 menit sehari untuk belajar hal baru.

"Dari sebuah keinginan bisa jadi potensi untuk mengembangkan diri," katanya. Bahkan, dari sekadar hobi pada akhirnya bisa mendatangkan potensi ekonomi.

Salah satu contoh wanita yang berhasil mewujudkan mimpinya adalah desainer busana muslim Ria Miranda. Wanita kelahiran Padang, 15 Juli 1985 ini sempat kuliah di jurusan ekonomi di Universitas Andalas, Padang, karena mengikuti keinginan orangtua.

"Sebenarnya sejak SMP saya sudah senang menggambar, tetapi saya menuruti orangtua yang ingin anaknya kerja di bank atau perusahaan besar," katanya.

Meski sudah mengantongi gelar sarjana ekonomi, Ria tetap berusaha mengejar mimpinya dengan melanjutkan pendidikan di sekolah mode ESMOD Jakarta. Kini 12 butiknya tersebar di berbagai kota dan satu cabang di Malaysia. Ia juga mempekerjakan 70 karyawan.

Ratih menjelaskan, ada banyak hal positif yang akan didapatkan ketika seseorang mencapai aktualisasi diri. "Misalnya saja menrima dirinya dan orang lain, mengalami momen kebahagiaan, dan tentunya akan terlihat lebih cantik dan menyenangkan," katanya.

Program Ibu Bersinar Sunlight akan mengajak perempuan Indonesia untuk meluangkan waktu dan berkomitmen mewujudkan mimpinya.

Program tersebut menyasar pada tiga skill utama yang disukai para wanita, yaitu fashion, memasak, dan art & craft. Mereka yang beruntung akan mengikuti kelas dengan mentor-mentor yang kompeten, seperti Ria Miranda dan chef Rinrin Marinka.

Program ini bisa diikuti dengan mengunggah foto hobi dan minat mereka ke Facebook dan Instagram Sunlight. Kelas Ibu Bersinar akan dimulai pada bulan November 2017.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/09/20/070800120/mengejar-mimpi-yang-tertunda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com