Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Starbucks dan Cerita Mereka yang Berkunjung ke Indonesia

Tapi tahukah Anda bahwa kedai Starbucks pertama dibuka oleh penulis dan guru? Ya, sebelum menjadi besar seperti saat ini, Starbucks adalah kedai kecil di Seattle, Washington, yang dibuka 30 Maret 1971 oleh guru bahasa Inggris Jerry Baldwin, guru sejarah Zev Siegl, dan penulis Gordon Bowker.

Tadinya kedai kopi ini akan dinamakan Pequod, nama kapal pemburu paus dalam cerita Moby Dick. Namun beberapa orang tidak sepakat, dan akhirnya muncul nama Starbucks, yang diambil dari nama salah satu kru kapal—dalam novel yang sama-- yakni Starbuck.

Starbucks menjadi makin besar setelah Howard Schultz bergabung sebagai direktur pemasaran tahun 1982. Penjualan meningkat karena mereka menjadi pemasok kopi ke restoran dan bar. Schultz juga menjadi orang yang mengembangkan konsep coffee house untuk diterapkan di kedai-kedai Starbucks.

Belakangan, tahun 1987, ketiga pendiri dan pemilik Starbucks malah menjual perusahaan itu pada Schultz. Sejak itu pembukaan gerai-gerai baru Starbucks seolah tidak terbendung. Kedai demi kedai dibuka di berbagai lokasi di Amerika Serikat dan Kanada. Jumlahnya mencapai seribu lebih.

Pada 1996 Starbucks membuka cabang pertamanya di luar Amerika Utara, yaitu di Tokyo, Jepang sebagai gerai ke 1.015. Perusahaan ini juga mengakuisisi gerai-gerai kopi lokal di berbagai negara dan mengubahnya menjadi Starbucks, sehingga pertumbuhannya makin pesat dan mencapai lebih dari 24.000 gerai di 70 negara pada tahun 2017.

Nah, tepat pada hari Rabu (20/9/2017), Starbucks Indonesia membuka kedai ke 300 di Bali, tepatnya di Bandara I Gusti Ngurah Rai, terminal keberangkatan domestik. Jadi di bandara itu ada dua Starbucks, satu di luar terminal, dan yang baru di dalam, tempat orang menunggu untuk boarding ke pesawat.

Khusus untuk Pulau Dewata, ini adalah Starbucks ke-23 (Starbucks pertama di Bali dibuka tahun 2003 di Hard Rock Hotel Bali), sekaligus yang ke-24 di seluruh bandara di Indonesia. Mengapa di Bali?

“Kami ingin menjadi bagian dari cerita orang-orang yang mengunjungi dan mengagumi Indonesia. Karenanya kami bahagia gerai ke-300 ini dibuka di tempat yang indah dan banyak dikunjungi orang ini, di Bali,” ujar Anthony Cottan, direktur, Starbucks Indonesia.

Sebagai bagian kebanggaan Indonesia, kedai-kedai Starbucks juga menyediakan kopi-kopi asal Indonesia, terutama kopi Sumatra.

“Kami ingin menghadirkan kopi Indonesia lainnya, namun seringkali jumlah panenan terbatas, sehingga tidak semua kopi Indonesia tersedia di Starbucks,” ujar pria yang menganggap kopi Malabar dari Jawa Barat sebagai salah satu kopi terenak itu.

Gerai Starbucks di bandara Ngurah Rai ini memiliki papan pemberitahuan yang menunjukkan bahwa ini adalah kedai ke-300 di Indonesia.

Ke depan, Starbucks akan menghadirkan gerai dengan konsep istimewa dan unik yang pertama dan satu-satunya di dunia pada 2018 mendatang, juga di Bali. Gerai ini akan dirancang untuk penikmat kopi agar dapat mengenal dan mempelajari lebih dalam tentang perjalanan di balik setiap cangkir kopi yang dihidangkan di gerai itu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/09/22/224738320/starbucks-dan-cerita-mereka-yang-berkunjung-ke-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com