Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pusing Saat Berhubungan Seks, Normalkah?

Ini memang gejala yang tidak umum. Tapi, sekitar satu persen orang mengalami pusing saat berhubungan seks, dan sekitar tiga perempat di antaranya adalah pria, kata Michael Reitano, M.D., seorang dokter yang bermukim di Roma.

Ada tiga jenis sakit kepala yang terjadi saat berhubungan seksual. Tipe yang pertama adalah yang ringan dan biasanya terjadi saat baru mulai bercinta.

Menurut Reitano, sakit kepala jenis ini juga menyebabkan rasa sakit yang mempengaruhi leher. Walau tidak berbahaya, tapi cukup mengganggu.

"Beberapa orang merasa bahwa analgesik seperti ibuprofen bisa menyembuhkannya. Namun, ada juga yang memerlukan obat resep," tambahnya.

Jenis sakit kepala kedua karena seks disebut "thunderclap" atau sakit kepala tiba-tiba. Sakit kepala jenis ini terjadi saat orgasme dan kadang-kadang bisa berlanjut selama beberapa jam sesudahnya.

"Sakit kepala jenis ini biasanya jauh lebih menyakitkan dari jenis pertama dan memerlukan perawatan medis segera," kata Reitano.

Meski jarang, tapi nyeri kepala mendadak itu bisa menandakan kondisi serius seperti pendarahan otak atau stroke. Jenis sakit kepala ini dapat diobati dengan obat yang sama dengan jenis pertama.

"Setengah dari mereka yang menderita sakit kepala thunderclap juga mengalaminya saat berolahraga," tambahnya.

Pemicunya bisa jadi akibat kenaikan tekanan darah yang dipicu aktivitas fisik.  "Adrenalin yang dilepaskan saat bercinta mungkin meningkatkan tekanan di otak Anda. Kontraksi otot di leher juga bisa menjadi pemicu sakit kepala," ucap Bindiya Gandhi, M.D, pakar fisika medis.

Konsumsi obat-obatan tanpa resep, seperti dekongestan untuk flu dan pilek juga dapat menyebabkan sakit kepala.  Obat ini dapat menyebabkan penyempitan dan pelebaran pembuluh darah berlebihan.

Gaya hidup tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak duduk atau obesitas juga bisa meningkatkan risiko nyeri kepala saat bercinta ini.

Sementara itu, jenis ketiga dari sakit kepala ini juga bisa terjadi, meskipun sebenarnya jarang terjadi. Hanya 1 dari 20.000 orang yang berpotensi untuk mengalaminya.

Sakit kepala jenis ini dimulai setelah hubungan seks dan bertambah buruk saat Anda berdiri. Ini bisa terjadi di semua tempat pada skala rasa sakit.

Reitano menjelaskan bahwa mereka yang mengalami hal ini biasanya memiliki lapisan otak yang tipis dan kenaikan tekanan darah akibat aktivitas fisik seks menyebabkan cairan spinal bocor.

"Inilah yang menyebabkan otak terasa berat saat Anda berdiri. Untuk mencegah sakit kepala kronis, Anda mungkin perlu untuk mendapatkan operasi untuk penyembuhan," ucapnya.

Konsultasikan dengan dokter saat mengalami sakit kepala ketika berhubungan seks.Ini bertujuan agar kita segera mendapatkan perawatan dan mencegah masalah kronis seperti pendarahan di otak. Apalagi jika nyeri kepala disertai mual dan muntah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/12/07/210000720/pusing-saat-berhubungan-seks-normalkah-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com