Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diet Ketogenik Harus Dalam Pengawasan Dokter

Diet ketogenik memang menganjurkan pelakunya untuk membatasi karbohidrat dan memperbanyak konsumsi lemak dan protein. Bagi banyak orang yang "takut sengsara" saat menurunkan berat badan, diet ketogenik memang dianggap "surga".

Meski demikian, sebenarnya para ahli gizi tidak merekomendasikan diet ini. Menurut dr.Cindiawaty Pudjiadi, spesialis gizi klinik, kebanyakan pelaku diet keto mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh.

"Padahal konsumsi lemak jenuh akan meningkatkan risiko penyakit, mulai dari penyakit jantung, kolesterol tinggi, sampai penyakit kanker," ujar Cindiawaty.

Ia menuturkan, penelitian mengenai diet keto masih belum banyak. "Pada awalnya diet ini dibuat untuk mengobati epilepsi," ujarnya.

Menurut dia, diet yang paling baik adalah pola makan bergizi seimbang dan sesuai dengan konsisi kesehatan setiap orang. "Ada orang yang tidak boleh mengonsumsi makanan tinggi lemak, ada yang butuhnya lebih banyak," ujar dokter dari RS Medistra Jakarta ini.

Sebelum menjalankan diet keto, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis gizi untuk dipastikan diet apa yang paling sesuai.

"Nanti akan dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium dan juga diukur komposisi tubuhnya. Baru dokter akan memberi panduan pola makan yang tepat," katanya.

Dalam diet penurunan berat badan, yang menjadi target bukan hanya penurunan berat badan dan otot, tetapi lemak tubuh. "Terutama lemak visceral atau lemak di sekitar organ tubuh. Sehingga berat badan turun dan bonusnya jadi lebih sehat," papar Cindiawaty.

Diet di bawah pengawasan dokter juga lebih aman karena akan terus dipantau proses penurunannya. "Kalau tidak sesuai target dievaluasi apa yang perlu diperbaiki. Jangan hanya melakukan diet sendiri. Berat badannya turun tapi risiko penyakit meningkat karena kebanyaka konsumsi lemak jenuh," katanya.

Bila ingin menjalani diet keto, menurut Cindiawaty, lemak yang dikonsumsi sebaiknya 20 persen dari total kebutuhan harian dan harus berasal dari lemak tidak jenuh, misalnya ikan laut, kacang-kacangan, minyak zaitun, minyak kanola, atau chia seed.

"Ini adalah saran asupan lemak dari konsensus internasional. Selain itu asupan protein harus sesuai kebutuhan, juga konsumsi sayur dan buah untuk kebutuhan serat dan vitamin," paparnya.

Diet ketogenik, imbuh Cindiawaty, tidak disarankan untuk menjadi pola makan dalam jangka panjang. "Bagaimana pun tubuh kita tetap perlu karbohidrat," ujarnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/12/11/114500320/diet-ketogenik-harus-dalam-pengawasan-dokter

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com