Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siapa yang Akan Tumbuh Lebih Tinggi, Kakak Atau Adik?

Lalu, adakah fakta ilmiah mengenai hal ini? Ternyata, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa berdasarkan antropometri atau ilmu pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus tubuh, anak sulung cenderung tumbuh lebih tinggi daripada anak yang lahir setelahnya.

Urutan lahir dianggap memengaruhi faktor pertumbuhan tinggi yang dikaitkan dengan beberapa faktor, utamanya metabolisme di masa kanak-kanak.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Auckland di Selandia Baru berusaha untuk membuktikan jawabannya secara ilmiah.

Sebanyak 312 anak prapubertas menjadi subjek penelitian untuk membuktikan siapakah yang lebih tinggi, anak pertama atau justru anak kedua dan setelahnya.

Di antara 312 anak yang diteliti, 157 anak merupakan anak sulung dan 155 anak merupakan anak yang lahir setelahnya. Dari 155 anak, 119 anak merupakan anak kedua dan 36 anak merupakan anak ketiga.

Semuanya merupakan anak berusia 3-10 tahun dengan usia kehamilan ibu pada saat lahir 37-41 minggu dan berat lahir sesuai umur kehamilan.

Penilaian yang dilakukan meliputi tinggi badan, berat badan, metabolisme tubuh, profil hormon, serta komposisi tubuh yang diukur berdasarkan Dual-energy X-ray Absorptiometry (DEXA) atau melalui pengukuran kepadatan tulang.

Peneliti menemukan bahwa anak sulung lebih tinggi sekitar 2,5 cm dibandingkan dengan anak yang lahir setelahnya. Antara anak sulung dan anak kedua serta ketiga terdapat penurunan tinggi rata-rata yang berbeda. Dari anak sulung ke anak kedua umumnya mengalami penurunan sebanyak 1,3 cm sedangkan dari anak kedua ke anak ketiga rata-rata turun sekitar 2 cm.

Di sini terlihat bahwa anak sulung dan kedua memiliki hormon pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak ketiga. Penelitian juga menyatakan bahwa perbedaan tinggi ini cenderung bertahan hingga dewasa, bukan hanya pada masa kanak-kanak saja.

Selanjutnya, sesuai dengan perawakannya yang lebih tinggi, anak pertama dan kedua memiliki IGF-I yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak ketiga. IGF-I merupakan mediator penting pertumbuhan pada masa kanak-kanak.

Tak hanya soal tinggi badan, penelitian ini juga meneliti soal kelebihan timbunan lemak dalam tubuh pada anak sesuai urutan lahir.

Anak pertama dan kedua memiliki kelebihan timbunan lemak dalam tubuh yang lebih sedikit (menurunkan lemak android ke lemak gynoid) ketimbang anak ketiga. Namun, parameter lainnya seperti kadar lemak darah tidak terpengaruh oleh urutan lahir.

Selain pada tinggi badan, urutan lahir juga mungkin berpengaruh pada emosi, sikap, dan perkembangan kepribadian anak.

Namun kembali lagi, tidak semua anak pertama di dunia lebih tinggi dibandingkan adik-adiknya. Kondisi ini juga bisa bergantung pada kondisi tubuh, asupan nutrisi, serta gen pada masing-masing anak.

Di samping itu, penelitian ini tidak mempertimbangkan jenis kelamin anak pertama dan adik-adiknya. Karena itu, hasil penelitian ini memang bukan rumus pasti untuk menentukan anak keberapa yang akan tumbuh lebih tinggi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/30/155341720/siapa-yang-akan-tumbuh-lebih-tinggi-kakak-atau-adik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com