Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Olahraga Keras Tapi Tak Ada Hasil? Mungkin Ini Penyebabnya...

Namun, kita mungkin lupa, tanpa pemulihan yang tepat, semua akan sia-sia. Keringat terbuang percuma, tanpa ada manfaat bagi tubuh.

Kenapa bisa demikian?

Seringkali kita melupakan beberapa rutinitas seperti istirahat dan menghindari hal tertentu. Padahal di balik itu semua, manfaatnya justru signifikan.

Misalnya, istirahat yang bisa mengembalikan kerusakan jaringan otot.

Kemudian konsisten menghindari kegiatan-kegiatan tertentu juga dapat berefek menurunkan berat badan, membentuk otot lebih baik, dan mengurangi rasa sakit.

Berikut beberapa kesalahan umum yang harus dihindari setelah berolahraga dengan keras.

1. Makan junk food

Pastikan untuk tetap menjauh dari junk food setelah berolahraga. Makanan tersebut kurang bergizi, bahkan ada yang sama sekali tak bergizi.

"Salah satu hal terburuk yang makan setelah berolahraga adalah junk food,"  kata trainer American College of Sports Medicine (ACSM) Hope Pedraza.

Saran ini bukan tanpa sebab. Saat olahraga, jaringan otot akan rusak dan perlu diperbaiki agar kembali tumbuh.

Salah satu caranya yakni mengisi bahan bakar dengan karbohidrat dan protein.

"Camilan pasca-olahraga yang mudah adalah protein shake. Campur ini dengan rice cake atau buah."

"Kandungan itu penting untuk mendapatkan beberapa pembakaran karbohidrat cepat ke bagian otot yang paling membutuhkan perbaikan," kata dia.

2. Tidak cukup tidur

Entah olahraga pagi atau malam hari, kita perlu mendapatkan cukup tidur agar tubuh berfungsi dan otot diperbaiki serta tumbuh.

"Tubuh masuk ke mode pemulihan saat kita tidur, mengirimkan nutrisi dan mineral, sementara otot, jaringan, dan tulang perlu memperbaiki 'diri' sendiri," kata Pedraza.

Jika hal ini terjadi, kita tidak hanya merasa lelah dan lesu, tapi tubuh akan terasa sakit.

Tanpa tidur, kadar kortisol akan meningkat, sehingga membuat tubuh tak nyaman.

Nah, tidur membantu menurunkan kortisol. Karena itu, dia merekomendasikan tidur 7-8 jam setiap malam untuk mengurangi rasa sakit.

3. Tidak cukup terhidrasi

Keringat pasti akan keluar berlebih saat olahraga. Akibatnya? Tubuh pasti akan kehilangan banyak elektrolit dan cairan melalui olahraga.

"Meskipun terasa berlawanan--memasukan kalori setelah habis dibakar--tidak makan atau minum setelah berolahraga membuat tubuh berisiko merasa lapar."

"Artinya, metabolisme akan melambat dan akan tergantung pada berat air, yang merupakan kebalikan dari apa yang diinginkan," kata Milan Costich, pelatih tinju selebriti dan pemilik sasana tinju Prevail di West Hollywood.

"Hidrasi sebelum, selama, dan setelah olahraga, maka kita akan mendapatkan manfaat maksimal dari peningkatan metabolisme pasca olahraga," kata Costich.

Hidrasi bisa berupa air, air kelapa, smoothie, atau pun protein shake.

4. Mengasup obat

Tentu, bila kita mengalami cedera atau merasa sangat sakit setelah berolahraga keras, mungkin tak masalah menggunakan anti-inflamasi, seperti ibuprofen misalnya.

Akan menjadi masalah bila kita meminum pil seperti "makan permen" setiap malam, hanya untuk mengatasi rasa sakit parah, atau untuk menghindari rasa lelah saat berolahraga.

"Kalau kita merasa mengandalkan suplemen sebelum atau pasca latihan atau obat anti-inflamasi, ini adalah kesempatan bagus untuk menjauhi dan mengevaluasi kembali menu makan, gaya hidup, dan rutinitas latihan," kata Costich.

Apakah ada kesenjangan dalam pola makan sehingga  kekurangan gizi? Apakah latihan yang dilakukan terlalu keras pada otot atau sendi?

"Tujuannya adalah agar olahraga memiliki dampak positif pada kesehatan tubuh, fisik dan mental, jadi jika apa yang dilakukan tidak tercapai, tidak ada kata terlambat untuk menggantinya," kata Costich.

5. Terlalu sering berolahraga

Olahraga terlalu sering juga tidak disarankan. Misalnya, pagi ini berlatih tinju, kemudian berlari saat sore, berlatih tinju lagi esok pagi dan berlari lagi saat esok sore.

Costich mengatakan hal itu mungkin tidak cukup memberi otot jeda waktu untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan yang rusak.

"Salah satu hal terburuk yang kita lihat adalah melakukan olahraga berlebih secara langsung dari satu latihan ke latihan lainnya," kata Costich.

"Ketika kita hanya mengejar hasil yang cepat, kita cenderung terlalu banyak dengan jeda singkat, yang seringkali menyebabkan cedera," katanya.

Nah, daripada menjerumuskan diri sendiri, lebih baik percaya pada komitmen gaya hidup jangka panjang yang berkelanjutan serta konsisten untuk mendapatkan hasil terbaik.

Tidak masalah olahraga dua kali sehari, selama semua dilakukan dengan cara benar.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/07/054543720/olahraga-keras-tapi-tak-ada-hasil-mungkin-ini-penyebabnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com