Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kamu "Overthinking"? Simaklah Contoh Kasus dan Solusinya

Apakah kamu pernah juga mengalaminya? Misalnya, kamu khawatir pasangan berselingkuh, atau rasa cinta dia tak sama seperti yang kamu bayangkan?

Satu hal yang perlu diingat adalah, sikap terlalu khawatir dalam sebuah hubungan tak pernah membawa dampak positif.

Lagi pula, sebetulnya kamu tak perlu terlalu khawatir dalam menjalani hubungan.

Lalu, bagaimana tips agar tak berlebihan seperti itu?

"Kuncinya, kita harus membedakan apakah kejadian tersebut hanya sekali-kali atau sering."

Juga sadari, apakah itu sudah menjadi problem serius, sehingga bisa merusak hubungan yang sangat kuat sekali pun?"

Demikian dipaparkan Psikolog keluarga dan pernikahan Kathryn Smerling seperti dikutip laman Bustle.

Menurut Smerling, sikap overthinking lebih banyak membawa dampak buruk, serta bisa menimbulkan kecemasan dalam hubungan.

Contohnya, adalah saat kita mulai membuat skenario dalam pikiran tentang hal-hal yang mungkin dilakukan pasangan, padahal hal itu belum terjadi atau tak terjadi. 

Soal kesetiaan, misalnya. Overthinking tentang kemungkinan pasangan berselingkuh bisa menimbulkan rasa cemas dan tidak aman.

"Saat kamu terlalu cemas dan overthinking, kamu tidak akan bisa menikmati waktu bersama pasangan."

"Jika sudah begitu, maka bagaimana kamu bisa tumbuh dari hubungan tersebut?" kata Smerling.

Mungkin kamu tak menyadari, hal-hal yang pernah kamu rasakan atau lakukan termasuk overthinking.

Nah, berikut ini adalah contoh kondisi dan tips bagi kamu untuk menghindari atau mengatasi overthinking tersebut:

1. Saat mengirim pesan pada pasangan

Apakah harus mulai dengan 'hai', 'halo' atau mengirim emoji? Atau langsung to-the-point menyampaikan pesan?

Mungkin beberapa dari kamu pernah mengalaminya, terlalu banyak berpikir soal apa kata-kata yang pas untuk dikirimkan kepada pasangan.

Jika hal ini pernah atau sering kamu alami, tandanya kamu sudah overthinking.

Apalagi jika kamu menghabiskan waktu hingga setengah jam lebih untuk memikirkannya

Psikoterapis Melissa Divaris Thompson, LMFT, mengatakan hal itu normal terjadi. Misalnya pada orang-orang yang menginginkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.

"Normal jika merasa sangat bahagia dan cemas tentang hubungan. Namun overthinking justru bisa menimbulkan distraksi," kata dia.

Jadi, cobalah lebih fokus untuk ngobrol dengan mereka secara mengalir. Tak pernah fokus terlalu berlebihan pada hal-hal yang tidak begitu penting.

2. Terlalu banyak bertanya saran yang sama

Terapis keluarga dan pernikahan berlisensi, Anna Osborn mengatakan, tendensi untuk bersikap overthinking biasanya muncul karena pengalaman masa lalu.

Misalnya pernah terluka dari hubungan sebelumnya. Pengalaman tersebut akan membuat seseorang sulit mempercayai siapa pun.

Namun, tetap overthinking akan membuat kita 'stuck' dan terus dibayangi rasa sakit di masa lalu.

Saat merasa 'stuck', kita mungkin meminta saran kepada orangtua atau kerabat.

Namun, jika kamu terus menerus meminta saran tentang satu hal yang sama, tandanya kamu sudah overthinking.

"Berhenti meminta saran pada orang lain. Lebih baik gunakan waktu untuk mengevaluasi apa yang sebenarnya kamu rasakan."

"Bisa jadi hal yang sebenarnya tak seburuk yang kamu pikirkan," kata Osborn.

3. Selalu berpikir 'bagaimana jika'

Pakar huhungan dari South Florida Introduction, Sheryel Aschfort menyebutkan, ada dua tipe overthinking.

Pertama, adalah kepribadian pengontrol, yang sangat overthink dengan semua hal. Pikiran itu muncul antisipasi mereka terhadap hal-hal negatif namun berlebihan.

Tipe lainnya adalah individu yang bersandar pada rasa insecurity atau tidak aman.

"Saat merasa insecure, pikiran kita akan selalu memikirkan hal negatif," kata Aschfort.

Saat itu terjadi, kamu akan mulai memikirkan skenario-skenario 'bagaimana jika' ini dan itu.

Namun, hal ini bisa diatasi. Osborn menyarankan untuk membuat batasan waktu berapa lama kamu boleh memikirkan hal itu.

Kamu harus bisa membatasi kapan pikiran-pikiran itu benar dan kapan salah.

4. Tidak memercayai hal yang terjadi di masa depan

Sex and Intimacy Coach, Xanet Pailet mengatakan, overthinking tidak terjadi pada semua orang.

Ada beberapa individu yang memiliki tendensi overthinking. Hal itu akan mengganjal kesuksesan dalam menjalin hubungan.

Menurut Pailet, mereka yang overthinking biasanya tidak percaya dengan apa yang mereka lihat dan alami.

Mereka selalu dibayangi kecemasan dan mempertanyakan apakah pasangan benar-benar menginginkan mereka seperti apa yang dikatakan.

Hal yang bisa membantu adalah tetap "membumi".

"Sikap tersebut bisa membantumu mengurangi kecemasan dan tendensi memikirkan hal-hal yang berlebihan," kata Pailet.

Lebih baik, kamu menjalani saja apa yang ada dan membuang pikiran negatif yang muncul.

5. Fokus memikirkan masa depan

Tanda overthinking lainnya adalah jika kamu terlalu banyak memikirkan masa depan.

Misalnya memikirkan bagaimana hubunganmu dengan pasangan dua bulan ke depan, dan seterusnya.

Terapis pasangan Alisha Powell menyarankan agar kita fokus pada saat ini.

"Daripada selalu memikirkan bagaimana masa depan dan akhir dari hubungan yng dijalani, lebih baik nikmati saja fase yang dilalui," kata Powell.

Ia menyarankan untuk mengecek diri sendiri dan bagaimana membiasakan diri untuk mengkoreksi pikiran serta mengenali emosi diri.

"Ketimbang berpikir 'pasanganku sibuk dan tidak punya waktu untukku', lebih baik berpikir 'pasanganku sibuk kerja, tapi nanti akan menghabiskan waktu denganku saat deadline-nya sudah selesai," kata dia.

6. Memikirkan apa yang dipikirkan pasangan tentang kita

Psikoterapis dan CEO The Recover Clinic, Emmy Brunner mengatakan, overthinking muncul saat seseorang tak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk intuisi dan emosi yang mereka rasakan.

Misalnya, saat mencari keamanan soal apakah pasangan benar-benar mencintai, maka seseorang mencari validasi dari luar.

Hal itu justru akan menciptakan kecemasan lebih.

"Saat kita mampu berdamai dengan diri sendiri, kita akan cenderung menyadari pikiran-pikiran kita," kata Brunner.

7. Selalu memikirkan maksud di balik pernyataan pasangan

Pakar hubungan Dr Megan Stubbs mengatakan, overthinking dalam sebuah hubungan bisa terjadi saat komunikasi dua individu tak lancar.

Sehingga, pihak yang overthinking akan menerjemahkan sendiri tentang apa yang disampaikan pasangan berdasarkan persepsi sendiri.

Stubbs menyarankan kepada setiap pasangan untuk mengintensifkan komunikasi untuk menghindari miskomunikasi.

Jika ada hal yang tidak jelas, maka tanyakanlah langsung kepada pasangan.

"Apa yang pasangan maksud belum tentu sama dengan apa yang kita pahami," ujar Stubbs.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/04/18/130000020/kamu-overthinking-simaklah-contoh-kasus-dan-solusinya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com