Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Normalkah Hubungan Asmara yang 'Putus Nyambung'?

KOMPAS.com - 'Putus nyambung' dalam sebuah hubungan asmara adalah hal yang biasa.

Namun, terlalu sering 'putus nyambung' rupanya bisa berdampak buruk pada kualitas hubungan dan kesehatan mental mereka yang terlibat di dalamnya.

Dilansir dari Independent, sebuah riset terbaru menemukan, terlalu sering 'putus nyambung' memiliki efek buruk pada kesehatan mental seseorang.

Riset dilakukan oleh peneliti dari University of Missouri, Columbia. Untuk hasil yang optimal, periset merekrut 500 orang yang telah memiliki kekasih, di mana 60 persen dari mereka memiliki hubungan asmara 'putus nyambung'.

Dibandingkan dengan pasangan yang memiliki hubungan asmara stabil, mereka yang berada dalam kisah cinta dengan banyak drama 'putus nyambung' memiliki risiko kekerasan yang lebih tinggi, komitmen yang rendah, dan komunikasi yang lebih buruk.

Hubungan semacam ini ternyata berkaitan dengan tekanan psikologis yang lebih besar, seperti depresi dan kecemasan.

"Hubungan asmara yang tak stabil biasanya terjadi ketika salah satu pihak kurang berkomitmen," papar pelatih kencan bernama James Preece.

Menurutnya, pihak yang lebih serius dalam hubungan mentolerir ketidakstabilan pasangannya karena tidak ingin mengambil risiko kehilangan orang yang dicintainya.

"Perpisahan bisa disebabkan oleh perdebatan terus-menerus atau perselingkuhan, tetapi kedua belah pihak masih tertarik satu sama lain," tambahnya.

Ini membuat seseorang bertanya-tanya mengapa mereka tidak cukup baik untuk mempertahankan rasa cinta pasangannya.

“Ini dapat menyebabkan peningkatan kecemburuan, yang dapat membuat orang merasa cemas. Semakin lama itu berlangsung maka semakin buruk yang mereka rasakan, bahkan menyebabkan depresi,” paparnya.

Jika seseorang membuat kita merasakan hal seperti ini, Preece menyarankan segera terlepas dari hubungan putus nyambung.

Psikolog Madeleine Mason Roantree menjelaskan hubungan yang diwarnai 'putus nyambung' sering terjadi ketika kedua pasangan pada dasarnya tidak bisa bersama lagi.

Tapi, mereka masih memiliki hasrat seksual kuat sama lain yang membuat mereka kembali menjalin kasih. Pada akhirnya, inilah yang membuat dinamika 'putus nyambung' memiliki efek negatif.

Menurut Preece, hubungan semacam ini biasanya diwarnai oleh emosional dan kekerasan fisik.

“Ini terjadi seolah-olah mereka tidak dapat hidup tanpa satu sama lain, namun ketika mereka bersama mereka saling menyakiti satu sama lain," ucapnya.

Menurut Kale Monk, selaku pemimpin riset, ketika mempertimbangkan kemungkinan untuk menyatukan kembali hubungan yang telah berakhir, penting untuk mengingatkan diri perihal alasan mengapa kita putus.

Sebelum memutuskan untuk kembali bersama, Monk menyarankan agar kita mendiskusikan masalah secara jelas dengan pasangan mengenai apa yang salah pada awalnya.

Kita juga perlu mempertimbangkan dengan serius kemungkinan masalah ini terjadi kembali jika kita memutuskan untuk kembali bersama.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/27/191900820/normalkah-hubungan-asmara-yang-putus-nyambung-

Terkini Lainnya

Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com