Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kurang Tidur, Penyebab Gemuk yang Tak Disadari

Kenapa ia datang ke klinik? Karena ia curiga masalah berat badannya ini berkaitan dengan kesehatan tidurnya.

Ia seorang pekerja shift dengan pola tidur tidak teratur. Dalam seminggu ia bekerja 4 hari, di malam hingga pagi hari. Praktis ia hanya tidur dua sampai tiga jam di malam hari, dan dua tiga jam lagi di siang hari.

Selama pemulihan tiga hari tak bekerja pun, ia menjadi sulit menjaga pola tidur. Diagnosis saya adalah: Circadian Rhythm Disorder Shift Worker Type.

Pengobatannya? Mengatur pola dan perilaku tidur.

Fakta Ilmiah

Tapi bagaimana gangguan tidur bisa menyebabkan penambahan berat badan? Bukankah seharusnya semakin pendek tidur seseorang justru berat badan semakin turun?

Hubungan antara kesehatan tidur dan berat badan mulai diketahui di awal tahun 2000-an. Penelitian tahun 2005 ke atas menunjukkan bukti positif hubungan gangguan tidur dan berat badan.

Belakangan ada dua penelitian terbaru yang turut menambahkan sederetan publikasi di bidang ini. Satu penelitian dilakukan di Korea, sementara lainnya di Swedia.

Kelompok peneliti dari Korea melihat hubungan antara durasi tidur, kualitas tidur dan indeks massa tubuh (BMI) pada populasi Korea. Penelitian yang diterbitkan pada Journal of Clinical Sleep Medicine melihat data dari 107.718 orang, dan mengategorikan berdasarkan indeks massa tubuh. Hasilnya durasi tidur yang pendek secara langsung berkaitan dengan kegemukan.

Para ahli telah menyepakati kebutuhan tidur manusia adalah 7-8 jam sehari. Dari penelitian ini didapati bahwa semakin kurang durasi tidur (<7 jam), semakin tinggi kenaikan berat badan.

Sementara sekelompok peneliti di Swedia melihat bahwa kurang tidur akan mengganggu metabolisme hingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyimpan lemak!

Publikasi pada jurnal Science Advances ini melihat 15 orang subyek yang dua kali diperiksa. Pertama saat tidur normal, dan kedua setelah tidak tidur semalaman. Sampel jaringan lemak, otot dan darah diperiksakan.

Setelah kurang tidur, jaringan lemak manusia menunjukkan perubahan aktivitas gen yang mendorong sel untuk menyimpan lemak dan menggandakan diri (proliferasi).

Sementara otot mengalami pengurangan struktur protein yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan massa otot.

Sebagai tambahan, para peneliti juga menemukan peningkatan inflamasi tubuh saat kekurangan tidur. Inflamasi ini diketahui sebagai faktor risiko diabetes tipe 2.

Pembahasan

Selama ini para ahli telah mengetahui hubungan antara kekurangan tidur dan kerja shift dengan obesitas dan diabetes. Tidur yang tak sehat akan sebabkan gangguan pada hormon yang mengontrol selera makan dan rasa kenyang.

Mereka yang kurang tidur, tentu akan terlalu lelah untuk berolah raga dan lebih memilih makanan berkalori tinggi.

Bukti-bukti yang terus bertambah, menunjukkan bahwa buruknya kesehatan tidur akan akibatkan kegemukan. Belum lagi, obesitas sendiri merupakan faktor resiko yang memperburuk dengkuran dan akibatkan sleep apnea.

Kita tahu bahwa sleep apnea adalah penyebab dari hipertensi, berbagai penyakit jantung, stroke, kematian dan gangguan ereksi.

Para ahli masih terus meneliti dan mencoba mencari solusi masalah kesehatan ini, mengingat kehidupan modern yang terus mendorong irama kehidupan 24 jam. Haruskah kita menyerah pada jam biologis dan meniadakan shift malam? Ataukah di masa depan kita benar-benar bisa mengalahkan segala efek negatif dari gangguan tidur?

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/09/05/151359220/kurang-tidur-penyebab-gemuk-yang-tak-disadari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke