Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjelekkan Kantor Lama Bisa Merusak Prospek Kerja

JAKARTA, KOMPAS.com - Wawancara kerja sepertinya berjalan dengan baik. Sebagai kandidat, kamu mendapatkan tanda yang positif dari manajer SDM.

Kamu mulai merasa santai saat wawancara. Dengan santai, ia mulai bertanya tentang alasan kamu meninggalkan perusahaan terakhir.

Tanpa sadar, kamu mulai menceritakan kepadanya aspek-aspek negatif dari kantor sebelumnya. Walau mungkin apa yang kamu ungkapkan merupakan fakta, tetapi sebenarnya ada konsekuensi dari menjelekkan perusahaan tempat kita bekerja sebelumnya.

Menurut JobStreet.com, berikut adalah empat alasan kenapa menjelekkan perusahaan lama dapat merusak prospek pekerjaan:

1. Menciptakan suasana negatif

Ada waktu dan tempat yang tepat untuk semua hal, tetapi wawancara kerja bukan pilihan tepat menjelekkan kantor lama, termasuk memberikan informasi penting mengenai perusahaan atau operasional mereka.

Fokuslah pada aspek netral atau tidak bias dari pengalaman kerja sebelumnya.

Kendati demikian, jika kamu benar-benar harus menyebutkan poin negatif tentang perusahaan tempat bekerja sebelumnya, pastikan untuk membingkainya dengan cara yang positif.

Misalnya, jika kamu berbicara tentang fasilitas kerja yang terbatas di perusahaan, pastikan untuk mengimbangi hal lain yang positif, seperti budaya kerja yang terbuka dan kreatif, atau program pelatihan yang rutin.

Jika memungkinkan, pernyataan negatif apa pun harus dihindari agar kamu tidak menciptakan suasana negatif yang tidak dapat dihilangkan selama sisa wawancara.

2. Menunjukkan masalah yang belum terselesaikan

Apa pun masalah yang kamu hadapi dengan perusahaan sebelumnya--itu semua di masa lalu. Mengeluh tentang hal itu tidak mengubah banyak hal. Biarkan hal yang sudah lewat.

Kamu sedang mencari pekerjaan yang lebih baik, jadi fokuslah pada hal itu dan kemungkinan-kemungkinan menarik di masa depan, daripada mengandalkan pengalaman negatif di masa lalu.

Mengatakan hal negatif saat wawancara kerja memberi kesan kepada perekrut bahwa kamu memiliki masalah yang belum terselesaikan.

Hal ini juga menumbuhkan keraguan dalam pikiran perekrut bahwa kamu mungkin akan menjelekkan perusahaan mereka dengan cara yang sama jika mereka merekrutmu.

3. Tidak profesional

Menjelekkan perusahaan lama adalah ciri yang tidak profesional, terlepas dari bagaimana pun keadaannya. Kamu tidak akan menjelekkan klien secara publik, jadi mengapa kamu melakukan hal tersebut kepada perusahaan lama? Itu justru membuat kamu terlihat picik dan tidak dapat dipercaya.

Tidak ada perusahaan atau atasan yang sempurna, begitu pun dengan kamu.

Bayangkan jika seorang perekrut menelepon bekas atasan untuk referensi dan pada akhirnya bekas atasan mengeluh tentang kebiasaan buruk kamu?

Jadi berhati-hatilah terhadap kata-kata. Jika ada kata yang terdengar oleh atasan sebelumnya bahwa kamu telah menjelekkan dia, atau perusahaan, mereka mungkin memutuskan untuk membalasnya dengan cara tertentu.

4. Menunjukkan ketidakdewasaan emosional

Memendam dendam adalah sikap tidak dewasa. Jika kamu masih terobsesi dengan pengalaman buruk di perusahaan terakhir--introspeksi diri.

Jangan buang energi dan waktu kamu untuk sibuk dengan hal-hal yang tidak dapat kamu ubah.

Fokus saja pada saat ini dan apa yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup saat ini.

Kamu mungkin tidak menyadarinya, tetapi terpaku pada pikiran negatif akan mempengaruhi keadaan pikiran dan energi yang kamu proyeksikan.

Jika kamu sedang diwawancara kerja, tetapi sibuk berpikir kritis tentang pekerjaan sebelumnya, kebencian terhadap pekerjaan yang selanjutnya akan terlihat dengan sendirinya.

Jika benar-benar mengganggumu, mungkin kamu harus mengatur pertemuan dengan mantan atasan untuk menyelesaikan masalah. Meremehkan hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/27/170000220/menjelekkan-kantor-lama-bisa-merusak-prospek-kerja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke