Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menikmati Lukisan Arang, Sentuhan Seni "Beda" di Hotel Yello...

Namun, jika biasanya streetart yang mendapat tempat, kali ini lukisan bergaya realis dipilih untuk menjadi bagian dari suguhan mata bagi para pengunjung.

Ada empat lukisan karya Sandi Setiadi Permana alias San San dan dua lukisan karya Edrike Joosencia, membuat lobi hotel itu terlihat lebih feminim dari biasanya.

Pantas disebut demikian, sebab lukisan kedua seniman tersebut total bercerita tentang perempuan.

Hari Perempuan Internasional

Ya, dalam rangka memperingati International Woman’s Day yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2019, Hotel Yello Paskal menyelenggarakan pameran seni lukis bertajuk “Amarga”.

Kata itu diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti "sebab-karena".

Gelaran pameran ini merupakan kolaborasi bersama San San perupa kelahiran Bandung 25 April 1995, lulusan Institut Seni Budaya Indonesia 2016, dan Edrike perupa perempuan lulusan Institut Teknologi Bandung 2015.

Pameran berlokasi di Artspace lobi transit lantai 1 Hotel Yello Paskal ini berlangsung selama 10 hari mulai tanggal 8 Maret hingga 17 Maret 2019.

Lukisan arang

Dua lukisan milik Edrika tampak lebih besar ketimbang empat lukisan milik Sansan.

Edrika menjelaskan, dua lukisan tersebut diberi judul Mantra dan Samara.

“Kedua perempuan dalam lukisan ini terinspirasi dari emansipasi perempuan."

"Lukisan ini bercerita kalau perempuan bisa lebih tangguh dari laki-laki,” ujar Edrika kepada Kompas.com.

Salah satu sosok wanita yang juga menjadi inspirasi dari Edrika dalam membuat karya ini adalah Megawati Soekarnoputri.

Di mata Edrika, Megawati adalah sosok perempuan tangguh. “Sosok yang saya idolakan adalah ibu Megawati Soekarnoputri," kata dia.

"Faktanya beliau adalah Presiden, pernah menjadi Presiden. Artinya perempuan itu didominasi intuisi, tapi bisa juga mengimbangi dengan logika,” ujarnya.

Arang, dipilih Edrika menjadi bahan utama membuat lukisan di atas kertas arches dan montval.

Tanpa kuas dan media lukis lainnya, Edrika justru menjadikan tangan sebagai kuas untuk memoles kertas lukisnya.

Gambar sosok perempuan terlihat sangat tegas, dalam perpaduan warna hitam dan putih, dalam karya tersebut.

“Mantra sama Samara ini dibuat dari charcoal, tekniknya digosok langsung, jadi kalau lukisannya dipegang ya, hitam."

"Ini tahun kelima saya melukis dengan charcoal. Saya sudah jatuh hati dengan charcoal," kata dia.

"Kalau charcoal ini tangan langsung gosok ke kertas. Ada momen skin to skin, tangan langsung nempel di kertas, enggak pake medium lagi,” tuturnya.

Serupa tapi tak sama

Meski sama-sama menampilkan perempuan sebagai objek lukisan, San San lebih memilih ukuran kertas lebih kecil ketimbang Edrika.

Selain itu, inspirasi perempuan yang diangkat San San justru dilatarbelakangi oleh beberapa wanita pujaannya yang belakangan ini mengaduk-aduk perasaan.

“Saya ingin mengangkat seseorang dari perasaan kecewa saya, bisa dibilang begitu. Bukan dari masa lalu, tapi dari masa sekarang."

"Yang ingin saya angkat ke dalam suatu karya, karena mungkin dengan karya jadi bisa direlakan," sambung dia.

"Karena ketika sebuah ungkapan menjadi sebuah karya, apalagi berbentuk visual, ketika sudah jadi ya, biarkan terbakar dan hilang dengan sendirinya,” ungkap San San.

San San pun ikut memajang lukisan yang benar-benar mewakili perasaannya terhadap perempuan yang diidamkannya.

“Di saat proses itu berlangsung, kemudian muncul orang baru yang membuat saya bertanya, mengapa Tuhan mempermainkan sekali perasaan manusia."

"Akhirnya ya, sudah, karya yang di belakang ini spesial mengangkat satu sosok modelnya yang datang tiba-tiba tapi belum mengisi hati. Saya juga bingung,” kata dia.

Sama sama menggunakan charcoal atau arang, lukisan San San terlihat lebih "nge-pop" dibanding Edrika. Ada warna lain selain hitam dan putih yang terselip di lukisannya.

“Saya juga pakai charcoal cuma di-mix dengan watercolor dan acrylic, makannya menonjolkan warna esential."

"Sengaja dibikin tengil biar orang fokus ke warna bukan ke objek."

"Saya ngerjain-nya satu karya satu malam karena mood perasaan saya sedang ingin garap maka saya belajar profesional menyelesaikan,” tandas dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/03/10/070000820/menikmati-lukisan-arang-sentuhan-seni-beda-di-hotel-yello-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke