Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terlalu Sering 'Styling' Bisa Sebabkan Kebotakan, Apa Penyebabnya?

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini semakin banyak orang ingin tampil menarik. Salah satu cara agar tampil menarik adalah melakukan styling rambut dengan menggunakan pemanas untuk membentuk tampilan rambut sesuai keinginan.

Namun, styling rambut yang terlalu sering bisa menyebabkan kerusakan batang rambut.

Apalagi, alat styling seperti pengering rambut atau catokan bisa menghantarkan panas yang sangat tinggi.

PR Manager PT Kino Tbk, Yuna Eka Kristina mencontohkan penggunaan pengering rambut. Jika didekatkan dan dari tampak depan, panasnya bisa mencapai 160 derajat Celsius dan jarak agak jauh bisa sekitar 80-100 derajat Celsius.

Pengering rambut di salon bisa lebih panas lagi, yaitu sekitar 130 derajat Celcius.

Menurutnya, suhu di atas 60 derajat Celcius bisa menyebabkan denaturasi protein atau perubahan bentuk dan fungsi dari keratin (protein alami pada rambut).

"Kadar keratin yang ada di situ akan terangkat atau berkurang," kata Yuna dalam sebuah diskusi bersama Ellips Hair Vitamin di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).

Sementara itu, Dr. Gloria Novelita, Sp.KK menjelaskan, styling terlalu sering bisa menyebabkan kerusakan batang rambut. Tekstur helai rambut yang tidak merata akan menyebabkan risiko kerusakan rambut bertambah. Sebab, kutikula atau lapisan pelindung utama batang rambut akan terbuka.

"Kalau terbuka, nanti bahan-bahan yang berpotensi merusak rambut akan lebih mudah merusak bagian korteks," kata Gloria.

Di samping kerusakan batang rambut, dampak terparah dari styling bisa membuat kita mengalami masalah kebotakan.

Pada wanita, pola kebotakan biasa dimulai dengan penipisan di area pelipis dan ubun-ubun atau kepala bagian atas.

Tak hanya karena styling menggunakan alat-alat rambut, kerontokan parah juga bisa terjadi pada wanita berhijab karena menggunakan dalaman kerudung yang terlalu ketat.

Jika dilakukan berulang, kekuatan korteks akan semakin berkurang. Ketika styling dilakukan secara berulang pada waktu yang panjang, akar rambut lama kelamaan akan mudah lepas.

"Kerontokan bisa menyebabkan kebotakan. Kebotakan itu terjadi kalau (kerontokan) sudah cukup masif di satu area," ujarnya.

Mengatasi kebotakan

"Misalnya, ikatan cepol wanita berhijab kan di satu titik. Lama-kelamaan (rambut di) pelipis akan menipis. Jadi, cobalah ubah styling agar tidak di situ saja titiknya," ucap Gloria.

Ia menambahkan, rambut tidak akan langsung hilang melainkan menipis perlahan melalui proses panjang. Batang rambut yang mungkin tadinya tebal akan mengalami penipisan menjadi seperti rambut bayi dan kemudian hilang.

"Cepat-cepat intervensi dengan obat yang diminum atau tindakan yang harus dilakukan supaya tidak sampai folikel rambut hilang," kata dia.

Selain itu, kebotakan juga bisa diatasi dengan merangsang pertumbuhan rambut baru. Misalnya, menggunakan vitamin rambut untuk menutrisi kulit kepala. Bisa pula menggunakan obat, minoxidil salah satunya.

Minoxidil adalah bahan aktif yang mampu meningkatkan vaskularisasi atau peredaran darah di kulit kepala.

"Sehingga nantinya membantu pertumbuhan rambut baru," ucap Gloria.

Lebih jauh, rawatlah rambut lebih rajin agar tidak mengalami kerusakan di kemudian hari. Misalnya, melalui penggunan alat styling yang baik dan menutrisi rambut dengan vitamin rambut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/04/23/073014520/terlalu-sering-styling-bisa-sebabkan-kebotakan-apa-penyebabnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com