Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Gunakan Topi Bikin Rambut Rontok dan Botak?

Apakah anggapan tersebut benar? Dermatolog dari UCLA Health, Dr. Hayley Goldbach memahami kekhawatiran itu.

Menurutnya, banyak orang yang mulai mengalami penipisan rambut menggunakan topi. Itulah mengapa muncul anggapan penggunaan topi memicu kebotakan. Namun, Gladbach mengatakan, perhatian pertamanya bukanlah pada pemakaian topi.

"Genetik adalah penyebab utama kebotakan," kata Spesialis bedah plastik bidang restorasi rambut di Mount Sinai Medical Center, New York, Dr. Michael Wolfeld.

Wolfeld menjelaskan, pola kebotakan pria dan wanita dimulai sebagian oleh kepekaan genetik yang diturunkan oleh hormon, yang disebut dihydrotestosterone (DHT), yang muncul pada kulit kepala dan bagian tubuh lainnya.

Pada orang-orang yang memiliki kepekaan tersebut, folikel-folikel rambut longgar dan mengerut sebagai respons DHT. Pengobatan kerontokan, seperti propecia (finastride) bisa bekerja untuk mencegah produksi DHT.

Namun, kebotakan disebabkan oleh berbagai faktor. Para pakar sepakat bahwa sering menarik rambut bisa menjadi salah satu penyebab. Seperti kuncir rambut kuda atau kepang.

"Jika dilakukan dalam periode lama seperti bertahun-tahun, ketegangan yang terjadi bisa menyebabkan rambut rontok," kata Wolfeld.

Kebanyakan orang mungkin tidak memakai topi terlalu ketat sehingga menyebabkan ketegangan yang sama seperti ketika rambut dikuncir atau dikepang.

"Ketat" itu sendiri subjektif. Namun, jika kamu menggunakan topi sampai meninggalkan garis bekas topi pada kulit ketika dilepas, maka itu masuk kategori ketat dan ini merusak rambut.

Topi yang digunakan terlalu ketat akan menyebabkan iritasi dan peradangan pada folikel rambut. Kondisi itu mungkin tak secara langsung menyebabkan kerontokan. Namun, kondisi itu bisa menjadi faktor kontribusi.

Materi yang digunakan untuk sebuah topi, pewarna dan bahan tekstil, misalnya, juga bisa menyebabkan kerontokan.

"Jika topi menyebabkan reaksi alergi pada kulit kepala, itu juga bisa menyebabkan kerontokan rambut karena peradangan," kata profesor dermatologi di George Washington University, Dr. Adam Friedman.

Jika seseorang sudah mulai botak karena faktor-faktor lainnya, seperti kecenderungan genetik, kombinasi dengan faktor peradangan ini bisa memperparah proses kerontokan.

Pada beberapa kasus, menggunakan topi ketika berkeringat juga bisa menjadi faktor lainnya.

"Kandungan garam dari keringat kita secara fisik dapat mengiritasi kulit," kata Friedman.

Jika kita menggunakan topi yang telah berkeringat dalam waktu lama, iritasi tersebut bisa memicu peradangan, yang lagi-lagi bisa memperparah proses kerontokan rambut.

Namun, pada kebanyakan orang kondisi-kondisi tersebut cenderung tidak menjadi faktor risiko serius.

"Secara umum, topi tidak menyebabkan kebotakan," tegas Friedman.

Topi berfungsi melindungi kulit kepala dan wajah dari sinar ultraviolet, yang pada beberapa kasus bisa menyebabkan kanker kulit. Fungsi tersebut dinilai lebih terasa ketinbang perhatian lainnya, termasuk menyebabkan kerontokan rambut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/06/18/160000320/sering-gunakan-topi-bikin-rambut-rontok-dan-botak-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com