Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Ridwan Kamil dan Hengky Kurniawan soal Kecintaan pada Buku

Ia tidak memiliki waktu lama. Sebab agenda lainnya di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat sudah menanti.

Namun, begitu melihat tumpukan buku, ia seolah enggan pergi. Kang Emil, sapaan akrabnya, kemudian melaju ke rak yang berisi buku arsitektur, rumah, interior design dan lainnya.

Di sana ia memilih sejumlah buku, di antaranya Mini Houses. Emil mengatakan ingin berlama-lama tapi tidak bisa.

“Saya akan ke sini lagi,” ucapnya kepada penyelenggara BBW Uli Silalahi yang berada di sampingnya, Kamis (27/6/2019).

Emil mengaku sangat mencintai buku. Dari dulu ia bisa melahap banyak buku. Bahkan kini saat dirinya sibuk dengan berbagai agenda kegubernuran.

“Setiap hari saya baca 1-2 jam, biasanya malam, sebelum tidur,” tutur Emil kepada Kompas.com.

Kebiasaan membaca ini ia terapkan pada seluruh keluarganya. Itulah mengapa ia tidak punya  budget khusus untuk buku.

Setiap  jalan-jalan ke mal, keluarganya pasti berkunjung ke Gramedia. Di sana Emil kerap membebaskan anak-anaknya untuk membeli buku.

“Anggaran untuk beli buku tidak dibatasi, berbeda dengan pakaian,” ucapnya.

Membaca sedikit

Hal serupa disampaikan Wakil Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan. Kepada Kompas.com, ia mengisahkan masa kecilnya yang dihabiskan dengan banyak buku karena rumahnya berada persis di pinggir perpustakaan.

Memasuki usia dewasa, kebiasaannya tidak hilang. Dalam sehari ia bisa membaca satu buku.

Namun setelah menjadi wakil bupati dengan agenda yang begitu padat, buku yang ia baca lebih sedikit. Meski demikian, ia tetap harus membaca setiap harinya.

“Sekarang aktivitas cukup padat, kerjanya 18 jam, lebih dari jam kantor. Sabtu Minggu pun sama. Kalau sekarang baru dua halaman (baca buku) sudah ada kegiatan lain,” tuturnya.

Hengky bertekad, sesibuk apa pun ia akan tetap membaca buku. Sebab buku pula yang membawanya menjadi seorang pemimpin sebuah daerah.

Kecintaan dua pemimpin ini terhadap buku membuat mereka menyiapkan berbagai program di bidang literasi.

Seperti Ridwan Kamil yang membuat kotak literasi cerdas (kolecer). Bentuknya seperti kotak pos yang disebar di jalan maupun taman.

Jadi, saat ada orang yang nongkrong atau lewat, ada alasan untuk berhenti dan membaca.

Program-program tersebut terus digenjot Ridwan Kamil agar budaya baca warga Jabar meningkat.

Sebab, menurut survei Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari total 61 negara, persis di bawah Thailand dan di atas Botswana. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/06/29/155258520/cerita-ridwan-kamil-dan-hengky-kurniawan-soal-kecintaan-pada-buku

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com