Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Kelam Para Model Bertubuh Plus Size

KOMPAS.com - Setelah meraih posisi ketiga pada "America’s Next Top Model 2018", model plus size Khrystyana Kazakova mendapatkan kontrak dari agensi papan atas.

Sayangnya, perasaan bahagia atas kotrak yang diraihnya itu tidak bertahan lama. Kazakova yang memiliki ukuran tubuh delapan, dianggap tidak "cukup besar" untuk menjaring pekerjaan yang kompetitif.

"Saya diberi tahu, jika berat badan saya bertambah, saya akan menghasilkan lebih banyak uang," ucap wanita 34 tahun itu.

Wanita kelahiran Siberia itu pun mengubah rutinitas makan dan olahraganya. Ia mengganti latihan kardio yang selama ini dijalaninya dengan angkat besi dan squat. Ia juga mulai rutin mengonsumsi makanan berlemak dan protein tinggi.

Dalam dua bulan, berat badannya naik 4,5 kilogram. Namun, apa yang diraihnya masih dianggap belum mampu memenuhi harapan agensi.

"Mereka ingin saya memiliki bentuk tubuh bak jam pasir. Sebelum memecat saya, mereka berkata saya gendut," tambahnya.

Ketika pasar untuk model plus size atau tubuh curvy meluas, standar kecantikan baru yang mustahil muncul.

Di sisi lain, label "Savage X Fenty" dan beberapa merek milik Rihanna yang lainnya mendapat pujian, karena menyediakan produk untuk berbagai ukuran tubuh.

Menurut para model, tekanan untuk menjadi mode plus size lebih besar dari sebelumnya. Agen dan klien sama-sama mencari tipe tubuh tertentu, yaitu figur tubuh bak jam pasir seperti milik Kim Kardashian dan Jennifer Lopez.

"Mereka ingin Anda memiliki lengan kecil, garis rahang yang indah, pinggang yang ramping, tetapi Anda dapat memiliki semua payudara, pantat, dan paha yang Anda inginkan," kata Allison Owens, model dengan tubuh curvy.

Chelsea Bonner, mantan model dan pendiri manajemen" Bella", yang mewakili Robyn Lawley, model curvy pertama di Sports Illustrated Swimsuit Issue, mengatakan model ukuran plus telah menjadi industri dengan pengaruh besar.

Tetapi sama positifnya dengan itu, kata Bonner, industri baru ini terganggu oleh standar ganda.

"Kami telah membuat avatar dari apa yang diizinkan untuk ukuran plus. Jadi, kamu diperbolehkan memiliki tubuh curvy selama memiliki pinggang yang sangat kecil dan tidak ada selulit," ucap dia.


Madeleine Ours yang telah 10 tahun berkecimpung sebagai model plus size juga mengalami hal yang sama.

"Standar untuk kecantikan sama ketatnya untuk model ukuran plus," kata perempuan berusia 26 tahun itu, yang telah beberapa kali bekerja untuk high end brands, seperti Mara Hoffman.

Ia bercerita, ada saat-saat di mana saya menanyakan kepada diri sendiri, apakah sudah saatnya bagi ia untuk menurunkan atau menambah berat badan.

"Saya selalu bertanya-tanya apa yang diinginkan industri ini selanjutnya. Saya tidak tahu apa yang akan menjadi ukuran paling trendi," ungkapnya.

“Saya makan diet rendah karbohidrat dan melakukan latihan interval, angkat beban, dan kardio dengan pelatih saya,” kata Ours.

Model dengan rambut berwarna brunette dan ukuran tubuh 14 ini mengaku tetap bisa survive dalam industri tersebut. Namun, ia menegaskan butuh kerja keras untuk bisa bertahan dalam industri tersebut.

"Orang-orang bercanda model bertubuh langsing harus diet, sedangkan kami tidak perlu bekerja keras, tetapi itu adalah kesalah pahaman besar," ucapnya.

Untuk model bertubuh curvy yang berada di luar standar ukuran ideal - ukuran 14 hingga 16 - mereka harus mempromosikan diri mereka di media sosial tanpa lelah.

Alexus Rackley, telah menjadi model selama dua tahun, ia melakukan kesepakatan dengan Nordstrom dan Amazon.

Sebagai model dengan ukuran 18, Rackley bisa dikategorikan berukuran paling "besar" untuk model "plus size" lainnya. Tentunya, ini mendatangkan masalah tersendiri.

"Saya pernah ke casting di tempat di mana saya terlalu besar atau terlalu curvy dan saya tidak lolos casting itu," kata model berusia 25 tahun itu.

"Saya harus berusaha keras dan mempromosikan diri saya sebagai model," tambahnya.


Untungnya, ia berhasil meraih 53.000 pengikut instagram yang turut mendukung karirnya. Jika tidak, klien tentu akan mencari orang lain.

Model bernama Molly Tellekson juga berjuang untuk sukses di dunia modeling. Penduduk Crown Heights yang kini berusia 26 tahun itu mulai menjadi model di tahun 2016.

Atlet penganut gaya hidup vegan ini masih menemukan kesulitan untuk bertahan dalam dunia modeling.

Jadi, untuk mempertahankan kariernya, dia menggunakan bantalan atau padding untuk mengisi sampel plus size.

Padding adalah rahasia dagang di dunia pemodelan plus, cara standar untuk mencapai bentuk tubuh jam pasir yang dianggap ideal itu.

"Untuk sementara, saya menolak untuk membeli bantalan, tetapi saya kehilangan banyak pekerjaan, saya menjual dan membelinya," kata Tellekson.

Ia mengaku padding membuatnya merasa seperti seorang penipu.

"Ini bukan hanya Photoshop palsu. Saya memiliki busa yang dimasukkan ke pakaian dalam," ucapnya.

Pada suatu pemotretan, ia menggunakan bantalan untuk mengisi sampel ukuran 14 dan 16, tetapi ia tidak menyukai hasil pemotretan itu.

"Leher dan tulang selangka seukuran saya, dan di bawahnya ada setelan lemak," kata Tellekson.

Baginya, itu standar kecantikan yang tidak realistis untuk anak perempuan yang ingin membeli pakaian tersebut.

"Jika saya adalah seorang wanita ukuran 16 yang ingin membeli gaun itu, saya akan berpikir, 'Mengapa leher saya tidak setipis itu?'," ucap dia.

Wanita lain menggunakan modifikasi tubuh yang lebih invasif dan permanen, seperti tummy tuck atau bedah plastik agar perut terlihat lebih kecil.

Kini, Kazanova rafiliasi dengan agensi "One Management",yang tak akan melakukan hal yang sama dengan ia tak akan melakukan perubahan pada tubuhnya.

Kazanova berkata ia tidak akan melakukan tummy tuck, prosedur pengurangan selulit dan Botox.

"Saya tidak menentang hal-hal itu, itu hanya sesuatu yang saya pilih. Karena saya tahu orang-orang memandang saya,” ucapnya.


Kazanova pun mendapatkan dukungan dari 343.000 pengikut Instagramnya. Namun, para follower media sosialnya tetap akan mengkritik jika dia tidak "secara akurat" mewakili komunitas ukuran plus.

"Ya Tuhan, aku terlihat lebih kurus dari hari sebelumnya. Saya mendapatkan semua jenis pesan dan DM,” kata Kazakova.

“Saya punya komentator yang mengatakan, 'Oh, Anda bukan bagian dari kami lagi, Anda tidak lagi memiliki tubuh yang positif',” ungkapnya.

Tellekson juga mengapresiasi label-label yang benar-benar mewakili keragaman tubuh dan tak hanya sekadar menggunakan model bertubuh curvy sebagai "tokenisme".

Label-label tersebut tak membedakan model bertubuh langsing atau "plus" dan tak meminta para model untuk mengubah bentuk tubuh mereka.

"Saya pikir industri fesyen bergerak ke arah yang benar," katanya.

Baginya, ini adalah hal yang keren saat para wanita dengan ukuran 16, 18, 20 dapat terwakili, karena kehadiran mereka sama sekali belum terwakili dalam industri fesyen sama sekali sampai saat ini.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/31/140500620/kisah-kelam-para-model-bertubuh-plus-size

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke