Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jika Dibiarkan, Nyeri Sendi Bisa Berujung Kecacatan

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat, prevalensi penyakit sendi di Indonesia mencapai 7,3 persen dan osteoarthritis (OA) atau radang sendi adalah penyakit sendi yang umum terjadi.

"Dulu penyakit ini kena di usia 60 tahunan, lalu bergeser ke 50 tahunan dan sekarang trennya sudah di usia 30 tahunan," kata Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, dr. Deasy Erika, Sp. KFR dalam peluncuran kampanye terbaru Jointfit di Pacific Place, Jakarta Selatan, Kamis (1/8/2019).

Deasy mencontohkan beberapa pasien OA termuda yang ditanganinya. Pasien OA termudanya yang tidak memiliki latar belakang atlet berusia 35 tahun, sementara yang berlatar belakang atlet berusia 25 tahun.

Sementara berdasarkan data Riskesdas, prevalensi masyarakat berusia 15-24 tahun yang mengalami penyakit sendi mencapai 1,3 persen dan usia 24-35 tahun mencapai 3,1 persen.

"Ini menjadi concern, karena jika dibiarkan bisa menyebabkan kecacatan," tuturnya.

Deasy menambahkan, kecacatan saat ini tidak terbatas pada cacat fisik melainkan ketika seseorang sudah tidak mampu melakukan yang diinginkannya dan sebelumnya bisa dilakukan.

"Jika biasanya mampu pergi kemana-mana, jalan 500 meter mampu, sekarang 100 meter saja tidak mampu. Artinya sudah ada hambatan dalam melakukan aktivitas," kata dia.

OA sendiri bisa terjadi di semua sendi, namun paling sering terjadi pada lutut, pinggang dan leher. Area tubuh lainnya yang juga berisiko mengalami OA adalah bahu, siku, tangan, dan telapak kaki.

Beberapa gejala yang mungkin terjadi antara lain nyeri lutut dan sendi kaku dalam kurang dari 30 menit di pagi hari, area tubuh tertentu bengkak setelah digerakkan, otot betis mengecil, dan krepitasi.

Jika kamu mengalaminya, beberapa langkah yang bisa kamu lakukan sebagai pertolongan pertama adalah beristirahat.

Namun, jika rasa sakit disertai inflamasi yang terasa sangat panas, cobalah mengompresnya dengan es.

"Kalau cuma nyeri istirahat, kompres hangat, minum alagetik, gunakan suplemen glukosamin dalam bentuk roller gel," ucapnya.

Untuk menghindari OA, usahakan kita tetap aktif bergerak untuk menurunkan risiko kelebihan berat badan. Sebab kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor penyebab OA.

Lalu, usahakan menerapkan pola hidup sehat, tidur cukup dan menghindari makanan manis berlebihan.

"Hindari beberapa gerakan seperti menekuk kaki terlalu sering dan dalam waktu lama, itu kalau untuk lutut. Juga hindari postur tubuh yang membungkuk ketika duduk," kata Deasy.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/01/210500020/jika-dibiarkan-nyeri-sendi-bisa-berujung-kecacatan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com