Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lihat, 63 Lukisan Bali Koleksi PK Ojong di Bentara Budaya Jakarta

Ada 63 lukisan dan lebih dari 50 buah keramik-keramik antik akan ditampilkan dalam pameran yang berlangsung pada 19–29 September 2019.

Pameran dibuka mulai pukul 10.00–18.00 WIB, Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan.

Lukisan tradisional Bali dan keramik yang dipamerkan kali ini merupakan koleksi PK Ojong, salah satu pendiri Kompas Gramedia.

Ditemani kartunis GM. Sudarta, pada tahun 1971, PK Ojong pergi ke Bali untuk mendatangi rumah pelukis-pelukis tradisional di sekitar Ubud dan Batuan.

Ketika mengunjungi galeri milik Wayan Barwa di sekitar Banjar Mas, mereka bertemu dengan Ketut Nama.

Pemuda inilah yang kemudian mengantarkan PK Ojong dan GM Sudarta ke banjar-banjar sekitar Tebesaya, Padang Tegal, Pengosekan, Penestanan, dan Batuan.

Di sana, mereka bertemu dengan pelukis-pelukis tradisional Bali.

Sejumlah nama besar pelukis-pelukis tradisional Bali, seperti I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Wayan Turun, Anak Agung Gede Sobrat, Anak Agung Gede Maregrek, I Gusti Ketut Kobot, dan Made Widja akan ditampilkan pada pameran kali ini.

Karya-karya mereka pertama kali dipamerkan pada ulang tahun Harian Kompas ke 10 tahun 1975.

“Incomparable, tak tertandingi. Begitulah kata paling tepat untuk menyebut koleksi lukisan Bali yang dikumpulkan oleh Bapak PK Ojong."

"Kini karya-karya mereka menjadi sejarah panjang yang tak ternilai dan menjadi acuan untuk penelitian-penelitian tentang perkembangan seni lukis di Bali,” ungkap Ipong Purnama Sidhi, kurator Bentara Budaya Jakarta.

Keramik

Tidak hanya mengumpulkan lukisan, sejak tahun 1980an, PK Ojong juga merintis koleksi keramik antik yang memiliki nilai sejarah.

Ada celengan babi dari Trowulan dan juga keramik-keramik dinasti Sung, Yuan, Tang, Ming, dan Ching dalam koleksinya.

Bahkan, keramik-keramik lokal dari daerah Singkawang, Cirebon, Bali, dan Plered juga tidak luput dari perhatian PK Ojong.

Setiap daerah dan dinasti memiliki pengaruh baik dalam gaya maupun proses pembuatan dari keramik-keramik tersebut.

Contohnya, tempayan dan guci dari masa Dinasti Tang dan Sung yang terbuat dari tanah liat stoneware memiliki gaya yang sederhana.

Sementara itu, Dinasti Ming terkenal akan gerabah yang penuh dengan dekorasi berupa cap tangan, wajah, sulur flora dan fauna yang disempurnakan dengan teknik glasir coklat maupun hijau.

“Bentara Budaya ingin berbagi pengalaman sejarah dan estetik lewat keragaman bentuk benda-benda tanah liat dengan segala keunikannya."

"Tidak hanya keramik yang bernilai historis, melainkan juga keramik kontemporer abad kini dengan kekayaan bentuk yang unik,” kata Ika W. Burhan, Ketua Pengelola Bentara Budaya Jakarta, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Bentara Budaya juga menggelar pameran Galeri Sisi yang menampilkan berbagai koleksi wayang, seperti wayang kulit, wayang golek hingga wayang rumput.

"Ini merupakan sebagian kecil dari koleksi wayang Bentara Budaya dan dalam pameran ini. Kita dapat menyaksikan karya-karya wayang yang mencirikan gaya estetiknya tersendiri," kata Ika.

Bentara Buday adalah sebuah lembaga kebudayaan yang bernaung di bawah Kompas Gramedia, yang didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 26 September 1982.

Pameran kali ini juga digelar untuk memeriahkan hari ulang tahun Bentara Budaya.

Hingga 37 tahun kehadirannya, Bentara Budaya tidak hanya berfungsi sebagai tempat pameran dan pertunjukan seni, tetapi juga memiliki koleksi karya seni rupa baik seni lukis, patung, instalasi, dan lain-lain.

Bentara Budaya memberi ruang bagi seniman-seniman tradisi dan kontemporer, baik para maestro maupun yang tengah meneguhkan eksistensinya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/09/24/151729820/lihat-63-lukisan-bali-koleksi-pk-ojong-di-bentara-budaya-jakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke