Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Nick Jonas Nyaris Koma karena Diabetes

Tubuh penderita Diabetes tipe 1 tidak memproduksi insulin sama sekali, sehingga memiliki implikasi yang sangat serius bagi kesehatan.

Orang yang menderita diabetes tipe 1 juga berisiko mengalami kondisi kesehatan lain seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, dan masalah sirkulasi.

Meski Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada anak-anak, penyakit ini sebetulnya dapat didiagnosis pada usia berapa pun.

Dalam beberapa kali kesempatan, Nick tampak rajin mengadvokasi masyarakat tentang hidup dengan penyakit Diabetes tipe 1 dan mengajak masyarakat untuk proaktif menangani penyakit ini.

"Kamu harus pergi ke dokter, melakukan pemeriksaan, dan memastikan kamu ada pada kondisi paling sehat, karena itu akan membuat segala aspek dalam hidupmu lebih baik," ujarnya kepada People beberapa waktu lalu.

Nick saat itu baru berusia 13 tahun, ketika ia pertama kali didiagnosa mengidap Diabetes tipe 1. Sebelumnya, ia kehilangan berat badan cukup signifikan dan sangat mengidamkan minuman manis.

Dalam sebuah sesi wawancara, Nick menyampaikan dirinya saat itu tidak mendapatkan perhatian medis serius, sehingga keadaannya menjadi lebih buruk.

"Aku sangat dekat dengan koma. Seperti hanya berjarak satu hari, jika aku tidak pergi ke rumah sakit," katanya.

Setelah didiagnosa mengidap Diabetes tipe 1, Nick ingat dirinya sangat takut fase kronis, di mana dirinya sangat bergantung pada obat-obatan, akan memberi dampak buruk terhadap hidupnya.

Saat itu, ia terus menerus bertanya pada orangtuanya dan memastikan apakah dirinya akan baik-baik saja.

"Aku khawatir tubuhku melewati batas kemampuannya untuk melakukan hal-hal yang aku inginkan. Aku sangat takut," kata suami Priyanka Chopra itu.

Namun, Nick begitu lega ketika tahu bahwa penyakitnya itu bisa dikelola dengan baik selama ia rajin dan mau berusaha.

Ironisnya, Jonas menceritakan kisah itu selama profil dengan Cigar Aficionado. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit, perokok memiliki risiko pengembangan diabetes 40 persen lebih banyak ketimbang orang yang tidak merokok.

Selain itu, perokok juga menghadapi masalah tambahan berkaitan dengan pengelolaan penyakit. Misalnya, mereka mungkin mengalami masalah dengan dosis insulin.

Ada berbagai macam cara untuk menurunkan risiko diabetes, termasuk membuat perubahan pada diet dan memastikan kita cukup tidur.

Menurut sebuah studi terbaru, angkat beban juga bisa menurunkan risiko diabetes tipe 2. Tes DNA baru juga dapat membantu kita mencari tahu risiko penyakit yang dialami.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/02/152500520/cerita-nick-jonas-nyaris-koma-karena-diabetes

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com