Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Sumpah Pemuda: Saat Binaan Lapas Anak Pun Punya Masa Depan

Mereka kerap dianggap tak memiliki masa depan, sehingga saat keluar dari lapas kesulitan untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan.

Di sisi lain, pendidikan serta pekerjaan tak terbatas pada hal-hal berbau formal. Ada bidang di mana pengalaman dan ketekunan adalah kunci yang akhirnya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian di masa depan—seperti seni dan aktivitas jalanan.

Berangkat dari hal tersebut, local brand Urbain Inc dan Karya Adalah Doa berinisiatif mengadakan “Akar Jeruji” yang dilakukan di Lapas Anak Pria, Tangerang pada 16 Oktober 2019.

Acara yang juga bagian dari Hari Sumpah Pemuda ini berupa gerakan anak muda yang diharapkan menguatkan para anak binaan di lapas anak dalam bidang seni dan aktivitas jalanan.

Dalam acara tersebut, terdapat sejumlah mentoring bidang seni dan aktivitas jalanan, seperti Breakdance, Bian “Kreate”; Streetball, Rico “Spinboy”; Skateboard, Satria Vijie; Hip-hop, Tuan Tigabelas; T-Shirt printing, Mohan Hazian Thanksinsomnia dan Fiyan Shining Bright; Street art, Gardu House; Ilustrasi, Hari Prast; hingga DJ, Trigger Management.

Dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rico, founder Urbain Inc mengungkapkan, ia dan Hari optimis jika semua rakyat Indonesia punya hak yang sama untuk menjadi putra terbaik bangsa.

"Acara ini memberi harapan dan inspirasi kepada anak-anak untuk ikut berkontribusi pada masyarakat ketika sudah keluar dari lapas," katanya.

Sementara itu, Hari mengungkapkan, acara ini dapat membekali anak-anak dengan keahlian di luar pendidikan formal yang diberikan saat ini, terutama dalam bidang kesenian dan aktivitas jalanan.

Aktivitas mentoring dan makna sumpah pemuda

Akar Jeruji memberikan kesempatan bagi para pelaku profesional di bidang seni dan aktivitas jalanan untuk memberikan mentoring kepada penghuni lapas anak. Mentoring dilakukan agar anak-anak tersebut dapat memiliki bekal setelah keluar dari tempat tersebut.

Berikut beberapa sesi mentoring serta makna sumpah pemuda bagi masing-masing pegiat seni dan aktivitas jalanan di Akar Jeruji.

Menurut Budi, perwakilan dari Garduhouse, ia cukup terkesan melihat anak-anak di tempat tersebut sudah mengetahui graffiti serta menguasai teknik seni jalanan tersebut.

Sementara gambar yang dibuat bersama bertuliskan “Never Give Up”. Tulisan yang dibuat dengan perasaan senang itu diharapkan membuat mereka tetap kuat dan semangat ke depan.

“Akar Jeruji mungkin salah satu cara untuk kami berbagi pengetahuan tentang graffiti terlebih kegiatan nya positif dan menarik,” ujar Budi.

Sementara itu, bagi Garduhouse, Sumpah Pemuda mungkin terdengar "klise". Namun, jika direlevansikan dengan semangat zaman sekarang, maka Sumpah Pemuda menjadi bahan kita untuk merenung dan tidak hanya diam.

“Karena dunia memang tidak sedang baik-baik saja,” katanya.

- Rap

Setelah itu, anak-anak di diminta mencoba di depan kelas dengan lirik yang mereka buat.

“Saya ikut acara ini karena menurut saya, hiphop (rap) bisa jadi suatu wadah teman-teman di Lapas Anak untuk menuangkan apa yang mereka rasakan, membantu mereka melewati masa masa sulit dengan cara menulis dan musik,” ujar Tuan Tigabelas.

Sementara itu, makna sumpah pemuda untuk Tuan Tigabelas adalah sebagai pengingat bahwa sebagai pemuda Indonesia, masing-masing dari kita bisa menjadi apa saja yang diinginkan tanpa meninggalkan identitas.

Tuan Tigasbelas juga percaya bahwa pemuda adalah mesin utama yang bisa membawa indonesia ke arah lebih baik.

“Hal itu yang membuat saya sangat yakin, terlepas apa pun yang dilakukan oleh anak-anak ini yang akhirnya membuat mereka ada di lapas, mereka tetap punya kesempatan yang sama dengan anak anak lain untuk menentukan masa depan mereka sendiri, mengembangkan sayap dan mengejar cita cita,” katanya.

Agar lebih menarik, setiap anak juga dapat menjajal skateboard, sehingga tidak sekadar teori juga praktek langsung di lapangan sebagai edukasi positif dan menambah pengalaman.

“Kenapa ikut acara Akar Jeruji, buat gue ini movement yang positif, terlebih gue seneng sharing pengalaman skate ke semua orang,” katanya.

Bagi Satria, anak-anak di lapas tak boleh dikucilkan karena kesalahannya, melainkan perlu dibimbing dan diberikan dorongan agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik ke depan.

Sementara itu, makna sumpah pemuda bagi Staria adalah bangga dan selalu mencintai indonesia.

“Gue mau anak-anak di lapas ini tidak merasa dikucilkan di negara sendiri, namun saling bangkit untuk jadi pemuda yang lebih baik dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang banyak dan negara,” katanya.

Selain itu, industri clothing line yang memiliki tren positif dapat menjadi peluang mata pencaharian anak-anak muda ini setelah keluar dari lapas.

“Buat gue dan mas Fiyan, ini movement yang luar biasa dan jadi pengalaman yang sungguh tak dapat kami lupakan sepanjang perjalan hidup kami,” kata Mohan.

Sementara itu, makna Sumpah Pemuda bagi Mohan adalah saling mendukung, serta sikap tak mengucilkan anak-anak penghuni lapas.

Ia berharap anak-anak di sana dapat bersatu dan bangkit demi masa depan lebih cerah, bukan sekadar untuk diri sendiri, juga orang banyak dan negara.

- Streetball

Plus, streetball dianggap dapat membuat anak-anak lebih ekspresif. Dengan pola seperti itu, Rico meyakini mereka akan lebih cepat menyerap dan juga lebih tertarik untuk mengasah teknik tersebut

“Kami yakin dengan movement Akar Jeruji ini, mereka punya harapan lebih, serta semakin optimis untuk mengggapai cita-cita di masa mendatang,” kata Rico.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/28/073348820/hari-sumpah-pemuda-saat-binaan-lapas-anak-pun-punya-masa-depan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com