Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Diet Bisa Lebih Mematikan daripada Obesitas

KOMPAS.com - Obesitas telah terbukti dapat membunuh dengan meningkatkan risiko kondisi kesehatan yang mematikan, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2 dan kanker.

Namun, tahukah kamu mengikuti diet ketat untuk menghindari kelebihan berat badan bisa lebih mematikan.

Orang-orang memangkas kalori dan nutrisi mereka agar tetap dalam "berat badan yang sehat."

Tetapi, pendekatan yang dilakukan untuk menjaga lingkar pinggang tidak bertambah, mungkin memiliki efek negatif yang lebih besar dari sekadar kenaikan berat badan yoyo.

Berat badan yoyo terjadi setelah perubahan besar dalam kebiasaan makan.

Sebuah studi, yang diterbitkan dalam jurnal Nature, menjelaskan bahwa ketika seseorang mencoba menambah atau mengurangi beberapa kilogram, maka akan banyak perubahan terjadi dalam tubuh, yang juga memengaruhi tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan mikrobioma.

Dampak dari siklus berat badan yoyo terutama berasal dari mikrobioma yang terganggu. Itu karena ketika orang mengubah bobot tubuh, mikroba di usus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

Misalnya, kenaikan berat badan memungkinkan mikroba yang mendukung penambahan berat badan untuk tumbuh.

Tetapi ketika orang mulai menurunkan berat badan dengan membatasi makanan tertentu secara drastis, maka mikrobiota usus perlahan merespons perubahan.

"Jadi, jika berat badanmu mulai kembali naik sebelum bakteri usus menyesuaikan dengan siklus yoyo tubuhmu, bakteri penambah berat badan yang masih ada di dalam usus akan memercepat prosesnya, yang kemudian justru menyebabkan kenaikan berat badan yang bahkan lebih dari sebelumnya,” kata Julia Savacool, penulis isu kesehatan di Fatherly.


Di sisi lain, efek yo-yo dari diet ketat juga dapat membahayakan kesehatan mental. Ketika orang gagal menurunkan berat badan meski mencoba makan lebih sedikit, mereka menjadi berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan rendah diri.

Dampak mematikan lainnya dari diet adalah pembentukan lemak berbahaya.

Beberapa rencana makan yang tidak sehat membantu meningkatkan lemak visceral, atau lemak perut, yang telah dikaitkan dengan produksi hormon yang berkontribusi terhadap penyakit jantung, diabetes, dan peradangan.

"Ketika berat badan berayun lebih tinggi dan lebih rendah, lagi dan lagi, jumlah lemak visceral terus meningkat, menempatkan tubuhmu pada risiko masalah kesehatan yang sama atau lebih besar daripada yang akan kamu hadapi jika kamu tidak pernah kehilangan berat badan," kata Savacool.

Cara Mengelola Berat Badan dengan Benar

Orang-orang dapat mencapai berat badan yang benar-benar sehat, bahkan tanpa diet ketat yang memaksa mereka untuk secara signifikan mengurangi asupan kalori dan seluruh kategori makanan.

Untuk menghindari kenaikan berat badan, aktiflah secara fisik dan temukan pola makan seimbang dengan melatih kontrol porsi dan memilih makanan yang tepat yang dibutuhkan tubuh.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/16/192125220/ketika-diet-bisa-lebih-mematikan-daripada-obesitas

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com