Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terjadinya Kehamilan Tak Segampang Bertemunya Sperma dengan Sel Telur

KOMPAS.com— Pernyataan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitti Hikmawatty yang menyebutkan bahwa perempuan bisa saja hamil karena berenang dengan lawan jenis memang sudah diralat. Sitti juga sudah meminta maaf dan mengakui pernyataannya keliru.

Meski begitu, pernyataan awal tersebut mungkin bisa menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki pengetahuan yang benar akan kesehatan seksual dan reproduksi.

Dijelaskan oleh dokter obstetri dan ginekologi, Ivan Rizal Sini, MD, FRANZCOG, GDRM,  kehamilan pada wanita membutuhkan proses yang panjang.

Seorang wanita yang sudah puber akan mengeluarkan sel telur setiap bulan untuk bisa di fertilisasi oleh sperma dalam kurun waktu 24-48 jam. Jika tidak terjadi pembuahan, maka dinding rahim akan luruh atau disebut menstruasi.

Ivan mengatakan, kehamilan juga hanya bisa terjadi pada masa subur atau ovulasi.

“Bicara tentang masa subur dan berhubungan, itu juga enggak selamanya bisa jadi kehamilan, karena sel telur itu tidak selamanya bagus,” ujar Ivan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (23/2/2019).

Ivan menambahkan, pada saat masa subur, akan terjadi peningkatan aktifitas dari hormon yang dikenal sebagai hormon estradiol dan progesteron. Hormon itu berfungsi untuk mengatur reseptifitas dari rahim yang akan meningkatkan lendir dalam rahim.

“Lendir itu yang yang akan menjadi medium untuk sperma bisa berenang dari mulai serviks, uterus, sampai ke saluran telur, baru ke sel telur,” papar dokter dari RS Bunda Menteng Jakarta ini.

Sementara itu, sperma membutuhkan medium untuk bisa berenang, yaitu cairan semen.

“Enggak bisa sembarang sperma yang disemprotkan akan bisa terjadi kehamilan,” ucapnya.

Ivan menegaskan bahwa air tidak bisa menjadi medium untuk sperma bisa hidup. Di dalam liang kemaluan wanita saja, sperma belum tentu bisa berenang mencapai indung telur untuk proses pembuahan.

Menurutnya, berpikir bahwa perempuan yang berenang di kolam renang yang ada sel spermanya maka akan terjadi kehamilan adalah hal tidak logis.

“Jadi, bisa dikatakan tidak mungkinlah terjadi kehamilan dengan proses yang dikatakan hanya dengan berada di satu kolam renang dengan lawan jenis,” imbuhnya.

Dalam keterangan terpisah, Ketua BKKBN dr.Hasto Wardoyo Sp.OG mengatakan hal serupa.

"Sperma kalau tidak berada di medianya akan segera mati dan tidak bisa bergerak aktif. Air kolam renang jelas bukan media sperma," kata Hasto.

Ia menegaskan bahwa tidak memungkinkan laki-laki yang mengeluarkan sperma di kolam renang maka bisa menghamili perempuan di satu kolam tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/02/23/215327020/terjadinya-kehamilan-tak-segampang-bertemunya-sperma-dengan-sel-telur

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com