Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Persoalan Anak yang Tak Boleh Diabaikan Orangtua Selama Pandemi

KOMPAS.com - Tak bisa dipungkiri, wabah Covid-19 membuat stres banyak orang. Ketakutan dan kecemasan terhadap penyakit baru ini memang luar biasa dan bisa menyebabkan emosi yang kuat, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

Yang perlu diingat adalah, anak-anak akan bereaksi seperti apa yang mereka lihat dari orang dewasa di sekitar mereka.

Ketika orangtua menghadapi pemberitaan wabah Covid-19 dengan tenang dan kata-kata positif, mereka akan dapat memberikan dukungan terbaik untuk anak-anak mereka.

Sehingga, anak-anak juga akan bersikap lebih tenang menghadapi wabah ini dan rutinitas hidup mereka yang banyak berubah.

Meski demikian, ada delapan hal yang harus diperhatikan orangtua terkait anak-anak mereka, bukan hanya kesehatan fisik, tapi juga kondisi kesehatan mental mereka selama masa karantina di tengah pandemi Covid-19.

1. Perhatikan jika ada tanda-tanda penyakit pada anak

Jika ada tanda-tanda penyakit yang konsisten dengan gejala Covid-19, terutama demam, batuk, atau sesak napas, segera hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat dan jauhkan anak dari anggota keluarga lain dirumah.

2. Perhatikan tanda-tanda stres pada anak

Beberapa perubahan umum yang harus diperhatikan termasuk kekhawatiran atau kesedihan yang berlebihan, kebiasaan makan atau tidur yang tidak sehat, dan kesulitan dengan konsentrasi.

Menurut psikolog Roslina Verauli, MPsi, perubahan kehidupan yang dialami anak rentan menyebabkan stress.

“Mulai dari perubahan sistem belajar, tugas sekolah yang banyak, hingga kebutuhan bermain dengan teman yang tak terpenuhi bisa menjadi sumber stress pada anak. Belum lagi konflik di rumah yang lebih rentan terjadi karena kegiatan terbatas hanya di lingkungan rumah,” kata Vera pada Kompas.com.

Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak tentang wabah Covid-19. Jawab pertanyaan sesuai fakta tentang Covid-19 dengan cara yang bisa dipahami anak. Selain itu, buat kesepakatan sistem belajar di rumah yang membuat anak nyaman.

3. Mengajarkan dan membiasakan tindakan pencegahan sehari-hari

Orangtua dan pengasuh memainkan peran penting dalam mengajarkan anak-anak untuk mencuci tangan.

Jelaskan, bahwa mencuci tangan dapat menjaga mereka tetap sehat dan menghentikan penyebaran virus ke orang lain.

Jadilah teladan yang baik — jika orangtua sering mencuci tangan, anak-anak cenderung akan melakukan hal yang sama. Jadikan kegiatan mencuci tangan sebagai kegiatan keluarga.

Selain itu, jelaskan juga manfaat menjaga jarak sosial dan memakai masker saat terpaksa keluar rumah.


4. Bantu anak tetap aktif

Dorong anak untuk bermain di luar ruangan — ini bagus untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Tak perlu pergi jauh, cobalah berjalan-jalan dengan anak dan bersepeda keliling kompleks perumahan.

Selain itu sediakan waktu istirahat setelah anak menyelesaikan tugas sekolahnya, ajak anak melakukan peregangan atau menyanyi sambil menari bersama. Tubuh bergerak, hati senang.

5. Bantu anak tetap terhubung secara sosial

Tak bertemu teman-teman di sekolah, tak ada playground di akhir pekan, dan tak boleh pergi ke mal tentu membuat anak-anak jenuh.

Ajak anak menghubungi teman-temannya atau keluarga yang belum bisa dikunjungi melalui telepon atau panggilan video.

Orangtua juga bisa berdiskusi dengan pihak sekolah tentang aktivitas yang bisa dilakukan untuk mendukung kebutuhan social dan emosional anak.

6. Buat jadwal dan rutinitas yang fleksibel untuk belajar di rumah

Mengatur waktu tidur yang konsisten dan bangun pada waktu yang sama, Senin hingga Jumat. Di akhir pekan, seperti biasa orangtua bisa memberi kelonggaran.

Tentukan juga struktur waktu untuk belajar, waktu luang, makanan dan camilan sehat, dan aktivitas fisik. Izinkan fleksibilitas dalam jadwal ini.

7. Pertimbangkan kebutuhan dan penyesuaian yang diperlukan anak

Transisi belajar di rumah tentu akan berbeda pada anak-anak prasekolah, SD, siswa SMP, dan siswa SMA.

Bicaralah dengan anak tentang harapan dan bagaimana mereka menyesuaikan diri untuk belajar dari rumah.

Agar anak tidak terlalu stress dengan perubahan, orangtua bisa memertimbangkan cara-cara membuat anak dapat tetap terhubung dengan teman-temannya dan guru di sekolah.

8. Cari cara membuat belajar menjadi menyenangkan

Jika tak ada materi atau tugas khusus dari sekolah, bermain mandiri bisa dijadikan sebagai pengganti pembelajaran terstruktur.

Dorong anak-anak untuk membangun benteng dari balok atau berlatih berhitung dengan menumpuk balok. Atau berlatih tulisan tangan dan tata bahasa dengan menulis surat kepada anggota keluarga.

Untuk meminimalkan kebosanan, orangtua bisa memanfaatkan berbagai aplikasi belajar online yang sesuai usia anak.

Menjelang tidur, ajak anak menulis jurnal bersama untuk mendokumentasikan aktivitas dan perasaan di hari itu. Diskusikan tentang hari itu dan buatlah rencana menyenangkan untuk esok hari.

Kegiatan ini akan membuat anak akan merasa dihargai dan didengar pendapatnya.

Di tengah pandemi global seperti saat ini, orangtua harus memahami bahwa anak tetap membutuhkan istirahat dan bermain secara memadai, agar bebas dari stress dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/09/215958820/8-persoalan-anak-yang-tak-boleh-diabaikan-orangtua-selama-pandemi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com