Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengintip Peluang Bisnis Produk Herbal dan Organik di Era Pandemi

Tentu saja, salah satu perubahan besar ke arah gaya hidup sehat adalah tentang pemilihan makanan. 

Sebelum pandemi Covid-19, makanan organik dan herbal umumnya dikonsumsi oleh segmen ekonomi tertentu.

“Alasannya karena produk ini mahal dan gak penting.”

Demikian dikatakan Direktur Pengembangan Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Olvy Andrianita kepada Kompas.com di Bandung, Kamis (27/8/2020) kemarin.

Namun, setelah terjadi pandemi Covid-19, produk-produk ini malah menjadi lifestyle, karena siapa pun menginginkan hidup yang sehat.

Mereka lantas mengubah investasi ke arah kesehatan jangka panjang, dengan kembali ke alam.

“Sekarang ini lebih baik berinvestasi makanan sehat daripada investasi ke dokter atau rumah sakit di depan sana,” ucap Olvy.

Misalnya, ketika orang tak peduli dengan minuman manis yang dikonsumsi, hingga akhirnya mengalami diabetes.

Ternyata, diabetes dan berbagai penyakit lainnya membuat kondisi semakin buruk saat seseorang terinfeksi Covid-19.

Nah, fakta ini membuat masyarakat menjadi lebih peduli dan peka.

“Mudah-mudahan jadi tren baru, karena memang Covid-19 ini sebuah momentum bagaimana masyarakat dipaksa untuk melakukan perubahan,” imbuh dia.

Potensi bisnis

Perubahan gaya hidup ini tentunya berpengaruh pada penjualan prosuk herbal dan organik.

Di Indonesia dan banyak negara lainnya, produk yang masih banyak dicari adalah makanan. Seperti beras, rempah-rempah, hingga vanilla.

Vanilla yang menjadi andalan ekspor Indonesia banyak diminati negara lain, -salah satunya untuk memberikan rasa pada es krim.

Vanilla juga digunakan untuk memberikan rasa manis alami pada kue.

Potensi Indonesia dalam bisnis produk organik sangat besar -baik untuk lokal maupun ekspor.

Misalnya di supermarket, produk yang ditawarkan ada dua. Seperti buah biasa atau buah organik.

Sekarang, hal itu tidak hanya terjadi di supermarket. Di pasar tradisional, pedagang sudah menjajakan dua pilihan produk tersebut.

Itu artinya, ada potensi bisnis di sektor produk organik ini.

Selain itu, masuknya produk organik ke pasar tradisional memperlihatkan semakin luasnya pengguna produk organik.

“Sayangnya data ekspornya sendiri saya tidak punya. Tapi dari cerita-cerita pelaku usaha, permintaan asing terhadap produk organik dan herbal ini terus meningkat,” tutur Olvy.

Selain makanan, produk seperti masker wajah kini sudah diekspor ke Korea Selatan. Selain itu ada pula essential oil, dan lainnya.

“Kalau Indonesia yang dicari masih makanan ya. Kalau Amerika sama Eropa sudah melebar ke sabun dan lainnya,” cetus dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/28/142244020/mengintip-peluang-bisnis-produk-herbal-dan-organik-di-era-pandemi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com