Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Blokir Mantan di Media Sosial, Membantu Kita untuk Move On

KOMPAS.com - Ketika sebuah hubungan berakhir, kebanyakan orang akan sulit lepas atau move on dari mantan kekasihnya.

Situasi akan semakin berat apabila kita masih menjalin pertemanan dengan mantan di Facebook atau mem-follow akun Instagram miliknya.

Jika kita tidak memblokir mantan, maka kita akan sering melihat ia muncul di beranda media sosial.

Amy Chan, pakar hubungan dan penulis buku "Breakup Bootcamp: The Science of Rewiring Your Heart," berpendapat bahwa bila ingin segera move on, kita harus memblokir mantan di seluruh media sosial.

Chan mengambil contoh dari pengalamannya yang mengalami putus cinta setelah delapan tahun berkencan lantaran pasangannya selingkuh.

Selain itu, dia juga mengambil contoh dari kliennya yang mengikuti acara Renew Breakup Bootcamp selama tujuh hari, serta studi psikologi dan ilmu saraf terkait reaksi otak dan tubuh terhadap putus cinta.

"Lakukan detoksifikasi dari mantan," kata Chan kepada Insider.

"Bukan berarti pasanganmu orang jahat. Detoksifikasi dari mantan tidak berarti kita membenci orang itu atau karena hubungan berakhir buruk."

"Tetapi, kamu membutuhkan periode waktu bagi pikiran, tubuh, hati, dan jiwa untuk transisi dari hubungan yang intim atau romantis ke hubungan lain," sambung Chan.

Memblokir mantan memudahkan kita move on

Menghilangkan mantan dari beranda media sosial dan menghapus pikiran tentang mantan adalah cara terbaik melatih otak untuk maju, menurut Chan.

Saat menjalin hubungan dengan teman, kekasih, atau orang lain, otak akan membentuk jalur saraf terkait dengan kenangan yang kita miliki bersama orang tersebut.

Jika seseorang tidak lagi hadir di kehidupan kita karena hubungan berakhir, otak menciptakan respon perpisahan yang menimbulkan sakit hati dan kesedihan, menurut blog di jurnal Nature yang dimuat pada 2015.

Chan meneliti beberapa studi, berkomunikasi dengan psikolog, dan menganalisis hasil ratusan peserta dari acara Renew Breakup Bootcamp.

Dari situ dia menyimpulkan bahwa gambar, video, dan pengingat lain tentang mantan bisa muncul di media sosial dan mengingatkan otak kita tentang rasa kehilangan.

Akibatnya, otak lebih sulit untuk memotong atau menghilangkan jalur saraf yang kita bangun bersama mantan dalam waktu tertentu.

Menghapus berbagai hal yang mengingatkan kita dengan mantan, seperti foto di ponsel dan akun medsos, serta memblokir mantan di media sosial, dapat memberi otak istirahat untuk membangun jalur saraf baru.

Hal itu juga membantu kita lebih cepat pulih dari perpisahan.

Chan menyarankan agar kita memberi waktu bagi diri sendiri sekitar 30 hari untuk detoksifikasi dari mantan di media sosial.

Namun, menurut dia, 60 hari adalah waktu yang ideal.

Kata Chan, beri tahu mantan jika kita memutuskan untuk memblokirnya di media sosial. Sehingga, kita tidak perlu memikirkan bagaimana reaksi mantan saat ia diblokir dari kehidupan kita.

"Katakan 'ini bukan karena saya tidak peduli atau berprasangka buruk padamu, tapi saya butuh waktu untuk menyembuhkan, menjaga diri, dan fokus pada perawatan diri'," tutur Chan.

"Karena 60 hari ke depan, saya akan menghapus kamu dari media sosial. Harap hormati keinginan saya."

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/22/060600220/blokir-mantan-di-media-sosial-membantu-kita-untuk-move-on

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com