Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kebiasaan Multitasking Bisa Berdampak Buruk pada Anak dan Orangtua

KOMPAS.com - Selama pandemi ini banyak orang yang semakin terbiasa melakukan banyak hal sekaligus alias multitasking. Mulai dari melakukan zoom meeting, memasak, sambil mendampingi anak sekolah online.

Tanpa disadari, terkadang kita juga berharap anak juga punya kemampuan multitasking Padahal, multitasking bisa berdampak negatif bagi orangtua maupun anak.


"Teknologi mempermudah anak-anak untuk melakukan banyak tugas, tetapi hal ini memengaruhi anak dan orangtua secara negatif," kata psikolog anak Ethan Benore, PhD, BCB, ABPP.

Kendati terbilang efisien, multitasking bukan merupakan solusi untuk menyelesaikan banyak pekerjaan.

Masalah baru bisa timbul dari multitasking, yakni segala sesuatu yang kita kerjakan akan sulit mencapai hasil maksimal.

"Bagi tugas yang Anda kerjakan, atau Anda tidak bisa menyelesaikan tugas apa pun dengan baik," sebut Benore.

Dampak multitasking pada anak

Anak bisa membuat pilihan lebih baik dan memprioritaskan tugas saat tugas tersebut dikerjakan satu per satu.

Namun, multitasking memengaruhi produktivitas serta otak anak. Multitasking membuat otak anak yang masih berkembang sulit menyerap informasi dan menghubungkan pikiran dan ide.

Dampak multitasking juga memengaruhi hubungan anak dengan keluarga.

Anak atau orangtua yang sering menggunakan beberapa gawai atau bermain video game tidak memiliki interaksi yang baik dengan keluarga.

"Anak yang menghabiskan lebih sedikit waktu berinteraksi dengan orangtua akan belajar lebih sedikit. Mereka tidak akan mengerti cara orang dewasa berperilaku," katanya.

Multitasking juga memberi batasan antara orangtua dan anak. Baik orangtua maupun anak akan kesulitan memahami jika mereka adalah bagian dari sebuah keluarga.

Sebuah studi menyimpulkan perangkat elektronik seperti ponsel pintar dapat menurunkan kapasitas kognitif.

Dalam studi tersebut, murid sekolah yang meletakkan ponselnya di ruangan berbeda memiliki hasil tes kognitif lebih baik daripada murid yang meletakkan ponselnya di atas meja dengan posisi layar terbalik.

"Anak-anak harus tahu mereka adalah bagian dari satu keluarga sebelum mereka mengenali dunia secara umum," jelas Benore.

Mengurangi dampak multitasking di dalam keluarga

Peran orangtua adalah mengurangi dampak buruk dari multitasking di dalam keluarga. Karena itu, kita bisa melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

- Tinggalkan teknologi di kamar tidur

Sterilkan kamar tidur anak dari segala perangkat teknologi. Kamar harus menjadi tempat di mana anak bisa bermain, membaca buku, atau bersantai. Terapkan juga kondisi ini di kamar yang kita tempati.

- Buat aktivitas tanpa melibatkan teknologi

Buat beberapa aktivitas yang dapat orangtua lakukan bersama anak di luar, seperti olahraga atau bermain petak umpet. Tinggalkan kebiasaan seperti memainkan ponsel, tablet, atau laptop di waktu luang.

Aktivitas yang tidak melibatkan perangkat teknologi akan menciptakan kenangan indah sekaligus membentuk ikatan antara orangtua dan anak.

3. Lihat apa yang ditonton anak

Nonton acara di televisi bersama anak bisa menjadi cara yang bagus untuk bersantai.

Tapi ingat, sebagai orangtua kita harus memantau program yang disajikan, dan diskusikan dengan anak saat menonton acara tersebut.

Hindari menonton televisi dalam waktu lama. Jika diperlukan, batasi waktu menatap layar hingga kurang dari satu jam sehari di saat anak masih berusia di bawah lima tahun.

"Kita akan tetap melakukan multitasking, tetapi cobalah apa yang bisa kita lakukan dan gunakan akal sehat."

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/23/134331720/kebiasaan-multitasking-bisa-berdampak-buruk-pada-anak-dan-orangtua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke