Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Stereotip yang Harus Dihadapi Bapak Rumah Tangga

KOMPAS.com - Semakin berkembangnya pemahaman mengenai kesetaraan gender, maka semakin meningkat pula kesadaran bahwa pekerjaan rumah tangga bisa dilakukan oleh pria maupun wanita.

Namun, sayangnya, beberapa orang yang masih terjebak dalam budaya patriarki menganggap pekerjaan rumah dan mengurusi anak bukanlah tugas yang seharusnya dilakukan para pria.

Tidak mengherankan apabila masih banyak stereotip keliru yang kerap menimpa pria yang memutuskan untuk menjadi bapak rumah tangga dan mengasuh anak.

Dilansir dari laman Very Well Family, berikut ini beberapa stereotip yang harus dihadapi pria yang menjadi bapak rumah tangga.

1. Tidak maskulin

Anggapan bahwa pria yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurusi anak tidak maskulin adalah kesalahpahaman yang sudah turun-temurun ditanamkan oleh nenek moyang kita.

Sebagai kepala keluarga, pria seakan-akan wajib bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya dengan cara mencari nafkah. Sementara pekerjaan rumah tangga urusan wanita saja.

Hal inilah yang kemudian membuat sebagian besar pria cenderung tidak mau mengambil peran sebagai bapak rumah tangga karena merasa malu dan takut terisolasi.

Padahal, memastikan anak-anak tumbuh dengan benar sama penting dan bermanfaat seperti pekerjaan apa pun di luar sana.

Karena merawat keluarga itu juga berada di bawah payung dari apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pria.

2. Kehilangan pekerjaan atau pengangguran

Banyak orang yang berpikiran bahwa seorang pria yang ingin mengasuh anak-anaknya di rumah karena keterpaksaan.

Misalnya, beberapa pria akhirnya menjadi bapak rumah tangga karena kehilangan pekerjaan atau sedang menjadi pengangguran. Namun itu bukan berarti mereka tidak ingin tinggal di rumah.

Jadi, jangan heran jika semakin banyak pria yang menggunakan iklim ekonomi sebagai alasan yang tepat untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka.

3. Pria lebih pantas berada di kantor

Pria dianggap sebagai pencari nafkah utama keluarga sehingga harus bekerja dan lebih baik berada di kantor.

Sementara itu, banyak pria yang sebenarnya juga memiliki keinginan untuk dapat merawat dan mengawasi anak-anaknya di rumah.

Berdasarkan survei Pew Research Center pada tahun 2014, dilaporkan sebanyak 48 persen ayah berharap mereka dapat tinggal di rumah bersama anak-anak.

Nah, kebanyakan pria dalam perannya sebagai bapak rumah tangga justru memilih untuk tetap berada di jalurnya dan tidak ingin menyerah.

4. Wanita yang seharusnya di rumah

Pernyataan bahwa wanita atau istri yang seharusnya di rumah adalah kesalahpahaman yang harus dihadapi para bapak rumah tangga dan itu penuh dengan stereotip gender.

Seperti halnya pria yang tidak ingin terjebak di kantor sepanjang hari dan lebih suka mengurus anak-anak, para wanita juga ingin memajukan karirnya lebih baik lagi.

Jadi, pada situasi saat ini, wanita tidak selalu harus berada di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah atau mengurus anak dan sebaliknya pria tidak harus bekerja di kantor.

5. Tidak bisa menjaga anak-anak

Sebuah stereotip tidak menyenangkan yang harus dihadapi oleh bapak rumah tangga adalah bahwa pria tidak bisa menjaga anak-anak.

Pria dianggap tidak bisa menangani anak yang sedang tantrum, tidak memasangkan pakaian dengan baik, memberikan makanan yang tidak tepat, dan lain sebagainya.

Kendati demikian, komentar-komentar itu sebenarnya juga kerap kali dilontarkan pada wanita yang baru saja memiliki anak dan tidak ada cara untuk mengatakan siapa lebih tepat mengurusi anak-anak.

Sebab, baik pria maupun wanita sama-sama perlu belajar dan menyesuaikan diri dalam menjaga tumbuh kembang anak-anak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/22/175425620/5-stereotip-yang-harus-dihadapi-bapak-rumah-tangga

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com