Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kita Marah jika Nama Anak Dicontek Orang Lain?

KOMPAS.com - Ribut-ribut soal nama anak yang dicontek orang lain rasanya kerap kita temui di lingkungan sosial. Banyak yang tak rela jika nama buah hatinya, yang susah payah dicari, dipakai orang lain.

Warganet belum lama ini ribut soal nama anak Zaskia Sungkar yang dianggap dicontek oleh penyanyi dangdut Rizky DA. Alasannya karena penggunaan kata yang mirip untuk nama buah hatinya.

Zaskia Sungkar yang belum lama ini melahirkan memberikan nama Ukkasya Muhammad Syahki kepada putranya. Sedangkan Rizky yang juga mendapatkan anak laki-laki memberi nama Baihaqqi Syaki Ramadhan.

Karena lahir belakangan, Rizky dicibir minim kreativitas dengan memberikan nama yang mirip dengan anak Irwansyah.

Kehebohan soal nama yang mirip ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya pembawa acara Franda pernah viral karena melontarkan protes nama anaknya dipakai orang lain.

Istri dari Samuel Zlygwyn ini merasa jerih payah mendapatkan nama yang unik dan kreatif hilang begitu saja. Pasalnya ada warganet yang memberikan nama serupa dengan putrinya yaitu Zylvechia Ecclesie Heckenbücker.

Bukan hanya nama namun juga penulisan dan nama panggilannya. Franda meradang karena merasa kreativitasnya dicuri dan langsung mengajukan komplain pada yang bersangkutan.

Nama mirip

Fenomena ini tak hanya terjadi di lingkungan artis. Coba cek lingkungan sekitar kita, pasti ada permasalahan serupa yang terjadi.

Selalu saja ada keluhan soal nama anak yang ditiru atau dicontek. Ada yang benar-benar sama seperti kasus anak Franda atau sekedar mirip seperti nama anak Zaskia Sungkar.

Mungkin memang terasa konyol jika kita tidak mengalaminya sendiri, nyatanya banyak orangtua yang benar-benar merasa marah dan sakit hati karena ini.

Alasannya, mereka merasa pemilihan nama bayi merupakan proses yang panjang, menyulitkan dan membingungkan.

Di tengah proses persiapan kelahiran, kadang memilih nama yang bagus dan lain daripada yang lain bisa sangat melelahkan secara emosional.

Belum lagi jika mereka mempertimbangkan makna nama tersebut dalam pemilihannya. Banyak orangtua muda juga harus berjuang keras agar bisa memberikan nama anaknya sesuai dengan selera mereka sendiri.

Setelah melewati berbagai kesulitan itu, wajar banyak yang merasakan perasaan tersakiti karena ada yang 'mencuri' nama yang telah dipilih dan diperjuangkan.

Nama tersebut terasa sangat personal sehingga ada perasaan kehilangan ketika orang lain memakainya.

Keterikatan emosional

Dikutip dari laman Huffpost, Diane Gottsman, pakar etiket mengatakan nama memiliki keterikatan emosional yang erat dengan para orangtua.

"Orangtua sangat terikat dengan nama karena berbagai alasan mulai dari ingin menghormati anggota keluarga, seperti nenek atau paman favorit, hingga mengidolakan seseorang seperti mentor atau bintang film penting," jelasnya.

Karena itulah, ketika orang lain masuk dan menggunakan nama itu, rasanya seperti pencurian.

Sayangnya, ia menambahkan, nama tidak termasuk dalam kekayaan intelektual. Siapa saja berhak menggunakannya meskipun mungkin kita sudah bersusah payah mencetuskannya.

Tidak ada yang benar-benar bisa dikatakan sebagai pencurian nama, tak peduli dampak emosional yang kita rasakan.

Atas alasan inilah maka agak tidak masuk akal jika kita menuduh orang tersebut melakukan tindakan tidak terpuji dengan memberi nama anaknya mirip dengan buah hati kita.

Selain itu, tidak ada aturan, secara legal dan sosial, yang menyebutkan orang harus meminta izin ketika menamai anaknya mirip atau sama dengan pilihan kita.

Bolehkah marah jika nama anak dicontek?

Kita boleh saja marah jika mendapati nama anak yang susah payah dipilih dipakai oleh orang lain. Namun perasaan ini harus dihadapi dengan akal sehat dan sikap yang bijaksana.

Pakar etiket internasional, Jacqueline Whitmore menyarankan untuk mengungkapkan ekspresi kekesalan itu secara diplomatis kepada yang bersangkutan. Bukan untuk membuat orang itu merasa kesal namun bertujuan menyalurkan emosi kita secara jujur.

"Jika bayinya sudah lahir, mereka jelas tidak akan mengganti namanya namun sudah mengurangi perasaan marah dan ketegangan yang kita rasakan," terangnya.

Jika bayinya belum dilahirkan, kita bisa menyampaikan keberatan itu dengan nada ringan atau sambil bercanda. Sampaikan bagaimana kita nanti mungkin kesulitan memanggil anak karena kemiripan atau kesamaan namanya.

Beberapa hal itu mungkin saja bisa menjadi bahan pertimbangan bagi orang lain untuk mengubah namanya. Namun, Whitmore menekankan untuk tidak berharap lebih karena mereka juga punya pertimbangan sendiri.

Meski demikian, ia menyarankan untuk mencari tahu lebih jauh apakah penamaan nama yang mirip ini dilakukan secara sengaja atau tidak.

Jika dilakukan dengan sengaja dan berniat jahat maka ada risiko masalah yang lebih serius di kemudian hari. Mungkin saja orang itu memiliki kecenderungan perilaku copycat dengan tendensi buruk.

Di sisi lain, penamaan yang mirip bisa kita sikapi secara positif. Anggaplah ini sebagai sanjungan karena orang lain terinspirasi atas perilaku dan pilihan nama anak kita.

Alih-alih merasa marah, jadikan ini emosi positif yang bagi untuk menjaga hubungan sosial kita. Toh meskipun memiliki nama serupa, anak akan tumbuh dengan karakter yang berbeda.

Penting bagi kita untuk menjaga perspektif dalam menghadapi berbagai hal. Berkonflik soal nama anak akan terasa sepele jika dibandingkan banyak masalah lainnya sebagai orangtua.

Salah satu cara pencegahan yang bisa kita lakukan dengan menyimpan nama pilihan sampai bayi dilahirkan. Bukan karena curiga akan dicuri namun bertujuan melindungan hal yang berharga bagi kita, nama anak. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/18/171500520/mengapa-kita-marah-jika-nama-anak-dicontek-orang-lain-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com