Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Operasi Caesar Bukan Dosa, 7 Alasan Medis Ibu Bersalin di Kamar Bedah

KOMPAS.com - Ibu yang melahirkan lewat operasi caesar kerap jadi target diskriminasi karena berbagai hal. Mulai dari dianggap tak sempurna sebagai seorang ibu, dituding manja, dan tak tahan sakit.

Tidak jelas bagaimana dan kapan pandangan negatif masyarakat soal para ibu yang menjalani proses bersalin di kamar operasi bermula. Namun yang pasti, opini miring ini terus bertahan dan berkembang sampai saat ini.

Padahal anggapan ini kerap menyakiti perasaan para ibu baru yang baru saja melalui proses panjang melahirkan buah hatinya. Bukan hanya itu, tudingan tersebut juga bisa memicu depresi pasca melahirkan.

Seperti dalam unggahan yang belum lama ini viral di Twitter. Seorang suami menceritakan istrinya yang terpaksa dibawa ke poli jiwa karena menderita Baby Blues. 

Penyakit ini merupakan gangguan suasana hati yang kerap mendera ibu setelah melahirkan. Kecederungan gejalanya seperti perasaan tertekan berkepanjangan dan ingin menyakit diri.

Penyebabnya si ibu kerap dihujat mertuanya karena melahirkan secara caesar alias C-section (CS). Ia disalahkan karena menghabiskan banyak biaya dan dianggap lemah karena tidak mengejan saat melahirkan.

Nyatanya, operasi caesar bisa dilakukan karena berbagai alasan medis. Biasanya ini disarankan dengan pertimbangan kondisi kesehatan ibu dan janin.

Ibu melahirkan SC juga take lepas dari tantangannya ketika dan sesudah bersalinnya. Para ibu ini harus merasakannya dinginnya kamar operasi, menjalani operasi sendirian, nyeri pasca operasi yang cenderung bertahan lama dan proses pemulihan yang lebih lama.

Banyak pula yang merasakan kekecewaan tak bisa melahirkan normal dan malah menjalani operasi. Padahal mungkin mereka sudah berusaha mempersiapkan diri termasuk rutin olahraga dan yoga kehamilan.

Belum lagi ada perasaan bersalah karena tidak melahirkan normal dan berbagai tekanan emosional lainnya.

Dikutip dari akun instagram @bidankriwil, memang benar tubuh setiap perempuan mampu melahirkan secara normal. Hanya saja untuk menjalaninya butuh kondisi optimal dari faktor penentu persalinan.

Faktor tersebut disebut dengan 5P yaitu power, passanger, passage, psikologi ibu, dan penolong persalinan. Jika tidak tercapai maka operasi dibutuhkan demi kesehatan ibu dan bayi.

Operasi caesar sering dilakukan karena pertimbangan medis

Melahirkan lewat operasi caesar bukannya tanpa risiko. Tindakan ini diawali dengan pembiusan, dilanjutkan dengan membelah perut dan area rahim untuk mengeluarkan plasenta dan janin.

Karena tergolong sebagai operasi besar, maka tindakan ini juga memiliki implikasi masalah medis.

Dikutip dari lama Raising Children, berbagai komplikasi yang mungkin muncul antara lain pendarahan, pembekuan darah, infeksi pada luka dan peningkatan risiko depresi pasca bersalin.

Sayangnya, kebanyakan calon ibu harus mengambil risiko ini dan menjalani operasi karena berbagai sebab.

Dikutip dari Health Line Paranthood, ada sejumlah alasan medis yang mengharuskan operasi caesar yaitu:

  • Pembukaan yang terlalu lama

Operasi caesar biasanya disarankan jika proses pembukaan ibu hamil dianggap terlalu lambat dan membutuhkan waktu lama.

Kondisi ini dikhawatirkan dapat membuat ibu kelelahan atau berbahaya bagi kondisi janin.

Centers for Disease Control and Prevention, badan kesehatan di Amerika Serikat, menyebutkan pembukaan yang terlalu lama menjadi alasan terjadinya sepertiga operasi caesar di negara itu.

Terlalu lama artinya proses pembukaan selama lebih dari 20 jam atau lebih dari 14 jam untuk ibu yang sudah pernah melahirkan.

Hal ini bisa terjadi karena bayi yang terlalu besar untuk jalan lahir dan penipisan serviks yang lambat.

  • Posisi bayi tidak normal

Posisi bayi bisa menentukan proses bersalin yang harus dijalani para ibu. Untuk kelahiran vagina, kepala bayi harus berada di arah jalan lahir.

Sayangnya ada beberapa kondisi yang tidak normal sehingga operasi caesar adalah jalan terbaik.

Misalnya saja bayi sungsang dengan kaki atau pantatnya berada di jalan lahir. Bisa juga kondisi kelahiran transversal yaitu bahu dan sisi samping tubuhnya berada di jalan lahir.

  • Cacat lahir

Dokter akan menyarankan operasi caesar jika ada indikasi janin mengalami cacat lahir. Misalnya saja seperti kelebihan cairan di otak atau penyakit jantung bawaan, tujuannya untuk mengurangi komplikasi yang mungkin membahayakan.

  • Kondisi kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu adalah hal utama dalam proses bersalin. Karena itu, ibu dengan catatan kesehatan sering disarankan bersalin melalui operasi.

Riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes gestasional merupakan beberapa diantaranya.

Selain itu, calon ibu yang mengidap HIV, herpes kelamin atau infeksi menular lainnya juga disarankan untuk menjalani CS.

  • Prolaps tali pusar

Prolaps tali pusar adalah kondisi ketika tali pusar melewati leher rahim sebelum bayi lahir. Hal ini bisa mengurangi aliran darah ke bayi dan membahayakan kesehatan bayi.

Kondisi ini dianggap sebagai situasi darurat dan perlu ditangani segera dengan operasi.

  • Disproporsi sefalopelvis (CPD)

Ada beberapa ibu hamil yang harus merasakan CPD karena panggulnya terlalu kecil. Kondisi ini akan menyulitkan bayi lahir melalui vagina termasuk jika kepala bayi tergolong besar.

Untuk menekan risiko bagi ibu dan janin, operasi caesar adalah jalan terbaik yang bisa diambil tim medis.

  • Plasenta bermasalah

Operasi caesar juga diperlukan jika diketahui terjadi masalah plasenta saat kehamilan. Misalnya saja plasenta yang terletak di bawah menutupi sebagian atau seluruh serviks atau terlepas dari lapisan rahim.

American Pregnancy Association menyebutan kondisi ini cukup banyak ditemukan pada perempuan hamil. Jadi tak heran jika operasi caesar perlu dilakukan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/19/135948520/operasi-caesar-bukan-dosa-7-alasan-medis-ibu-bersalin-di-kamar-bedah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com