Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rambut Gimbal Justin Bieber Dianggap Aneh oleh Warganet

KOMPAS.com - Apa pun yang dilakukan penyanyi Justin Bieber senantiasa mengundang perhatian publik, bahkan terkadang menimbulkan kontroversi.

Setelah menikahi model dan sosialita Hailey Baldwin pada September 2018, kepribadian Bieber cenderung melunak. Namun di saat bersamaan, ia menjadi lebih "liar" dalam hal bergaya.

Pada unggahannya yang terakhir di akun Instagram, penyanyi asal Kanada itu menawarkan tampilan baru yang benar-benar berbeda, dan kemungkinan membuat para penggemarnya terkejut.

Bieber membagikan foto yang menunjukkan dirinya berada di sebuah lapangan golf di Miami, Amerika. Selain Bieber, ada pula DJ Khaled dan rapper 21 Savage di lokasi tersebut.

Dalam foto itu, kita menemukan sebuah kejanggalan. Ya, Bieber menerapkan gaya rambut dreadlock atau gimbal, kemudian rambut itu dikuncir menjadi dua bagian.

Gaya rambut ini terlihat aneh, dan banyak penggemar Bieber yang tidak percaya dengan penampilan penyanyi pujaan mereka.

Setelah foto tersebut terpampang di medsos, warganet merespons gaya rambut Bieber secara beragam.

Salah satu warganet mengatakan "suka suaranya, bukan gaya rambutnya."

Warganet lain memberikan komentar yang singkat namun bermakna dalam, "potong rambut itu."

Tentu saja, penggemar yang mengatakan bahwa mereka menyukai gaya rambut dreadlock Bieber juga tidak sedikit.

Namun, rambut gimbal sering diasosiasikan sebagai gaya rambut khas orang-orang Afrika dan penganut Rastafarian.

Musisi reggae seperti Bob Marley dan Peter Tosh juga menerapkan gaya rambut tersebut ketika manggung.

Melalui grup musik The Wailers, keduanya turut andil dalam mempopulerkan rambut gimbal di era 70-an hingga 80-an.

Di era modern, giliran Damian Marley, putra bungsu Bob Marley yang berusaha mengembalikan eksistensi rambut gimbal lewat video musiknya.

Pertanyaannya, bagaimana jika orang kulit putih --seperti Justin Bieber-- ikut mengaplikasikan gaya rambut gimbal?

Hal itu akan memicu kontroversi dan perdebatan, karena orang kulit putih dianggap "merampas" budaya orang Afrika dan penganut Rastafarian.

Sebenarnya rambut gimbal bisa terlihat apik dan berkelas jika kita ditata dengan benar, seperti yang pernah diperlihatkan oleh pembalap F1, Lewis Hamilton.

Sayangnya, rambut gimbal yang diterapkan Bieber justru mendapatkan sambutan negatif dari banyak orang.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/04/173453820/rambut-gimbal-justin-bieber-dianggap-aneh-oleh-warganet

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com