Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pahami, 7 Etika Dasar Saat Ucapkan Rasa Dukacita via Media Sosial

Dahulu, orang melakukannya dengan melayat ke rumah duka atau menghadiri upacara pemakaman.

Kini -terlebih di tengah masa pandemi Covid-19, ucapan melalui media sosial seringkali menjadi cara termudah untuk menyampaikan rasa belasungkawa.

Tengok saja, unggahan di media sosial juga sering kali dilakukan untuk mengenang artis, tokoh agama atau pesohor lain yang berpulang.

Namun demikian, penggunaan media sosial yang tidak tepat juga bisa memicu semacam pelanggaran etika.

Bukan hanya terkesan tidak sopan, namun juga bisa menyinggung perasaan keluarga yang sedang berduka.

Karena itu, penting sekali untuk memahami etika bermedia sosial, khususnya ketika momen kedukaan semacam ini.

Agar lebih jelas, berikut ini adalah panduan etika bermedia sosial yang mungkin penting unutk kita pahami. 

  • Biarkan keluarga yang mengunggah pertama kali

Kita tidak berhak mengumumkan kematian seseorang lewat media sosial, sebelum anggota keluarga melakukannya.

Tahan diri untuk tidak mengungkapkannya ke publik. Sebab, bisa jadi keluarga ingin menjalani momen berduka itu secara personal.

Publikasi hanya akan memaksa mereka menerima banyak telepon, email, komentar dan berbagai hal lain, yang pada akhirnya hanya akan mengganggu.

Selain itu, keluarga juga seringkali ingin menyampaikan kabar semacam ini secara pribadi kepada orang lain.

  • Awas menebar hoax

Jangan asal menyebarkan penyebab kematian seseorang tanpa melakukan verifikasi langsung dari orang terdekatnya.

Lebih baik lagi untuk tidak menyatakan apa pun soal itu, karena memang bukan hak kita.

Kabar yang tidak benar hanya akan menambah buruk kondisi yang yang sedang dialami oleh keluarga.

Cukup sampaikan ungkapan dukacita tanpa menambah informasi yang tidak dibutuhkan.

  • Pilih cara terbaik 

Pertimbangan kedekatan hubungan dan bagaimana kabar tersebut akan direspons ketika ingin mengunggahnya di medsos.

Kerabat yang ditinggalkan akan jarang sekali memantau media sosial, sehingga ucapan belasungkawa di Instagram atau Twitter sebenarnya tidak efektif.

Kiriman bunga, pesan langsung via Whats App atau jalur komunikasi pribadi lainnya atau telepon adalah alternatif yang lebih baik untuk menyampaikan niat baik kita.

Perhatikan pula untuk menelepon ketika pemakaman sudah selesai dilakukan, dan keadaan sudah mereda.

  • Jangan kepo

Rasa keingintahuan adalah hal yang wajar, khususnya ketika merespons kabar soal kematian tak terduga atau mendadak.

Namun tahan jari kita untuk tidak menanyakannya lewat platfrom medsos.

Kebutuhan keluarga akan privasi lebih penting daripada rasa ingin tahu.

Jika dirasa perlu, keluarga yang akan membagikannya secara langsung atau di media sosial tanpa perlu kita ulik lebih jauh.

  • Tulis komentar dengan bijak

Pilihlah kalimat yang ingin ditulis dengan bijak dalam setiap unggahan mengenai kabar duka cita.

Seringkali kita tidak tahu kalimat terbaik apa yang bisa dikeluarkan saat momen kematian, namun jangan asal berkata-kata.

Bersikaplah bijak dan berempati dengan keluarga yang ditinggalkan. Dukungan dan doa akan menjadi pilihan lebih baik untuk menunjukkan simpati.

  • Hindari terlalu banyak "personal detail"

Hal ini berlaku jika kita mengetahui lebih banyak detail soal kejadian duka ini. Tindakan kita bisa melanggar privasi keluarga dan menyakitkan.

Batasi informasi yang kita sampaikan secara online baik di kolom komentar, konten pribadi, maupun perbicangan di grup chat.

Pihak keluarga mendiang adalah satu-satunya yang berhak menyampaikan informasi apa pun, dan bukan kita.

  • Jangan "tag" akun orang yang meninggal

Ketika seseorang wafat, akun media sosialnya tidak secara otomatis menghilang dari internet. Hal ini sering dimanfaatkan secara salah untuk mengenang seseorang.

Tagging akun orang yang sudah meninggal, apalagi secara terus menerus, bisa memicu kenangan menyedihkan bagi pasangan atau keluarganya.

Perilaku ini juga cenderung tidak menghormai privasi mendiang.

Hindari terlalu sering menandai mendiang dalam unggahan kita, bila perlu tidak usah melakukannya sama sekali.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/10/143434520/pahami-7-etika-dasar-saat-ucapkan-rasa-dukacita-via-media-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke