Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Covid-19 Varian Delta Plus Lebih Berbahaya daripada Varian Delta?

Tidak hanya sampai di situ, varian ini juga bermutasi dengan memunculkan varian baru bernama "delta plus" yang mulai mengkhawatirkan para ahli kesehatan dunia.

Bahkan, Public Health England (PHE) Inggris mencatat, berdasarkan pemindaian rutin kasus Covid-19 di negara tersebut, ditemukan beberapa kasus yang berasal dari mutasi K417N atau varian delta plus.

Sementara itu, pada 16 Juni, kasus varian delta plus juga telah diidentifikasi muncul di beberapa negara.

Negara-negara tersebut antara lain, Amerika Serikat, Kanada, India, Jepang, Nepal, Polandia, Portugal, Rusia, Swiss, dan Turki.

Mengenal varian delta plus

Sejak kemunculannya di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019, virus corona telah bermutasi berulang kali, dan beberapa varian mengubah transmisibilitas, profil risiko, serta gejala virus.

Ada pun beberapa dari varian yang sekarang kita kenal yakni varian alfa, delta, dan delta plus.

Pada Rabu (23/6/2021), Kementerian Kesehatan India menemukan sekitar 40 kasus varian delta plus dengan mutasi K417N.

Pihak kementerian tersebut juga menginformasikan, varian delta plus memiliki karakteristik yang mengkhawatirkan.

Karakteristik tersebut antara lain, peningkatan penularan, pengikatan yang lebih kuat ke reseptor sel paru-paru, dan potensi pengurangan respons antibodi monoklonal.

Namun, seorang dokter yang adalah ahli epidemiologi dan vaksin di New Delhi, Chandrakant Lahariya, mengatakan, orang tidak perlu panik, dan hanya harus tetap waspada terhadap perkembangan varian baru ini.

"Secara epidemiologis, saya tidak mempunyai alasan untuk percaya bahwa delta plus mengubah situasi saat ini dengan cara mempercepat atau memicu gelombang ketiga," kata dia kepada CNBC.

"Jika melihat bukti yang tersedia saat ini, delta plus tidak jauh berbeda dari varian delta. Ini adalah varian delta yang sama dengan satu mutasi tambahan," sambung dia.

Menurut Chandrakant, satu-satunya perbedaan klinis adalah varian elta plus memiliki beberapa resistensi terapi kombinasi antibodi monoklonal.

Dan, itu bukan perbedaan besar karena terapi tersebut juga sedang diselidiki lebih lanjut, dan hanya sedikit yang memenuhi syarat untuk perawatan ini.

Apa pun varian virusnya, Chandrakant mengingatkan agar masyarakat tetap mengikuti protokol kesehatan dan mendapatkan vaksin Covid-19 sesegera mungkin.

Analisis dari PHE yang dirilis pekan lalu menunjukkan, dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech atau Oxford-AstraZeneca sangat efektif mengurangi risiko rawat inap dari varian delta.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/25/184821920/covid-19-varian-delta-plus-lebih-berbahaya-daripada-varian-delta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com