BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Oppo
Salin Artikel

Berkenalan dengan 27 Emosi Manusia dan Teknologi Kamera AI yang Mampu Mengabadikannya

KOMPAS.com – Riley memiliki kehidupan yang sempurna. Keluarganya penuh kasih sayang dan kehangatan. Lingkungan tempat tinggalnya juga penuh dengan orang-orang yang ceria.

Namun, kondisi itu berbalik 180 derajat ketika ia dan keluarganya harus pindah tempat tinggal. Di tempat tinggalnya yang baru, semua hal begitu berbeda. Jauh dari harapan Riley, lingkungan baru tersebut tidak menyenangkan.

Meski mencoba beradaptasi, Riley tetap merasa tidak bahagia. Ia pun tumbuh menjadi anak pemurung. Segala macam emosi yang ia punya, seperti bahagia, sedih, marah, takut, dan muak, saling berkonflik.

Konflik emosi Riley tersebut menjadi premis film Inside Out besutan Disney Pixar. Film yang dirilis pada 2015 tersebut membuat penonton mengenal emosi-emosi manusia dan memahami perubahannya saat mengalami kejadian tertentu.

Dalam film tersebut, Riley diceritakan memiliki lima emosi. Emosi Riley kemudian dipersonifikasikan menjadi lima karakter, yakni Joy (bahagia), Sadness (sedih), Anger (marah), Fear (takut), serta Disgust (jijik).

Berbicara soal emosi, penelitian Alan S Cowen dan Dacher Keltner PhD dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (2017) menunjukkan bahwa sebenarnya manusia memiliki 27 jenis emosi yang berbeda-berbeda.

Emosi tersebut terdiri atas kekaguman, pemujaan, apresiasi, terhibur, gelisah, perasaan kagum, janggal, bosan, bingung, idaman, jijik, dan tak berempati.

Selanjutnya, terbuka, iri, girang, takut, ngeri, bahagia, gembira, nostalgia, cinta, sedih, puas, hasrat seksual, simpati, dan kemenangan.

Pentingnya memahami emosi

Pemahaman terhadap emosi seseorang menjadi bagian penting dalam pola interaksi sosial. Bahkan, kemampuan ini tergolong sebagai soft skill penting dalam menjalani kehidupan.

Pasalnya, bila seseorang dapat memahami emosi orang lain, ia bisa mengambil tindakan dengan tepat. Dengan demikian, ia pun dapat membangun hubungan mendalam dan bermakna dengan keluarga, kekasih, dan teman.

Pesan tersebut coba disampaikan Disney melalui film Inside Out. Kebingungan Riley dalam memahami emosinya sendiri dan orang lain membuatnya kesulitan untuk beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan baru.

Kemampuan memahami emosi bisa dilatih. Salah satu caranya adalah mempelajari ekspresi wajah seseorang. Melansir verywellmind.com, Minggu (17/5/2021), umumnya emosi sering kali melibatkan bahasa tubuh seperti ekspresi wajah.

Ekspresi wajah memperlihatkan secara tidak langsung perasaan yang sedang dirasakan. Dengan mempelajari ekspresi wajah, seseorang dapat mengambil sikap atau bertindak sesuai dengan emosi dari orang di sekitarnya.

Perangkat pendeteksi emosi

Lantaran pemahaman emosi seseorang begitu penting, ilmuwan mencoba merancang teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi berbagai jenis emosi dari manusia. Salah satunya adalah teknologi yang dikembangkan Paul Ekman pada 1972.

Kala itu, Ekman berhasil mengembangkan alat bernama facial action coding system (FACS). Teknologi ini berfungsi untuk mendeteksi ekspresi berdasarkan pergerakan-pergerakan otot wajah yang disebut sebagai action unit (AU).

Seperti yang telah dijelaskan, ekspresi wajah dapat memperlihatkan perasaan orang lain. Misalnya, saat tersenyum, orang lain akan menangkap bahwa seseorang sedang bahagia.

Ekman membuat alat itu untuk mengetahui emosi yang dirasakan seseorang berdasarkan AU yang telah ditentukan oleh Ekman dengan cara membandingkan dua obyek.

Adapun tujuan Ekman mengembangkan teknologi tersebut adalah untuk membantunya memahami karakter masyarakat Fore Okapa di Papua Nugini yang menurutnya begitu terisolasi dari dunia.

Hal tersebut ia lakukan terkait proyek penelitian dan eksperimen dalam menilai bagaimana masyarakat Fore mengenali emosi.

Pada 2019, teknologi yang dikembangkan Ekman tersebut telah diimplementasikan ke dalam kamera berbasis sistem AI oleh perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pengenalan emosi dan perilaku sosial, yakni Neurodata Lab. Kamera berbasis AI dikembangkan untuk mendeteksi emosi seseorang.

Keberadaan teknologi tersebut telah berkembang dan mulai banyak diperjualbelikan, terutama untuk membantu mengidentifikasi perilaku terkait pencarian kerja dan menguji pernyataan tersangka kejahatan.

Co–founder AI Now Institute Prof Kate Crawford mengatakan, teknologi pendeteksi emosi dengan AI diklaim dapat membaca keadaan emosi dengan menafsirkan ekspresi mikro di wajah, nada suara, dan cara berjalan.

Meskipun keberadaan teknologi tersebut masih butuh banyak uji coba dan bukti yang lebih substansial, nyatanya banyak perusahaan menggunakan sistem deteksi emosi otomatis.

“Perusahaan-perusahaan menggunakannya untuk merekrut karyawan, menilai rasa sakit pasien, bahkan untuk melacak siswa yang tampaknya memperhatikan atau tidak di kelas,” ujar Kate dikutip dari theatlantic.com, Selasa, (27/4/2021).

Teknologi serupa juga dibenamkan pada kamera Oppo Reno6, perangkat terbaru dari brand smartphone internasional, Oppo.

Dari hasil rekaman tersebut, Oppo Reno6 juga akan menampilkan penjelasan terkait emosi atau ekspresi yang ditunjukkan obyek.

Hasil rekaman dari kamera Oppo Reno6 tampak lebih apik dengan tambahan fitur Bokeh Flare Portrait yang menjadikan background menjadi blur dan memfokuskan perhatian pengguna kepada emosi subjek foto dengan latar bokeh yang artistik.

Night Flare Portrait sendiri adalah fitur yang didukung oleh algoritma Low Light HDR dan bokeh. Algoritma tersebut mampu menghasilkan efek lampu yang artistik pada bagian latar belakang obyek.

Pada Oppo Reno6, fitur itu semakin disempurnakan. Penggunaannya tak hanya untuk mengambil foto, tapi juga membuat video. Dengan prinsip kerja yang masih sama, Bokeh Flare Portrait mampu mengambil video, serta menampilkan bokeh yang dinamis dan kaya warna, baik siang ataupun malam hari.

OPPO Reno6 juga masih membawa desain yang sama dengan suksesornya, dengan mengaplikasikan keberadaan Reno Glow.

Namun, Oppo berupaya meningkatkan desain tersebut pada perangkat Oppo Reno6 dengan lima lapisan Diamond Spectrum agar perangkat terbarunya ini dapat memancarkan jutaan warna.

Selain itu, untuk menyesuaikan dengan gaya hidup milenial, perangkat dari Oppo Reno6 dibuat dengan tampilan tipis, stylish, dan elegan

Sebagai informasi, Oppo Reno6 hanya memiliki ketebalan 7,8 milimeter (mm) dengan berat sekitar 173 gram.

Kombinasi tersebut menghasilkan perangkat yang tipis sekaligus nyaman digenggam dengan satu tangan.

Sementara itu, pada sektor kamera, Oppo Reno6 dilengkapi dengan empat Quad AI Camera yang memiliki resolusi hingga 64 megapiksel (MP).

Saat ini, Oppo Reno6 belum resmi meluncur di Indonesia. Sambil menunggu, silakan kunjungi tautan ini untuk mencari tahu kehebatan Oppo Reno6 dalam membidik emosi manusia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/02/173600620/berkenalan-dengan-27-emosi-manusia-dan-teknologi-kamera-ai-yang-mampu

Terkini Lainnya

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com