Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Informasi Vaksin Covid-19 yang Tak Berdasar, Awas Termakan Hoaks!

KOMPAS.com - Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia makin diperburuk dengan banyaknya  hoaks yang beredar di masyarakat, termasuk soal vaksin.

Kabar palsu yang terus berkembang ini menyulitkan penanganan karena banyak masyarakat yang terpengaruh. Bahkan, banyak yang tidak mengakui keberadaan virus Covid-19 dan menganggap pandemi ini sekedar rekayasa.

Akibatnya, banyak yang abai menjalanankan protokol kesehatan dan enggan divaksin. Padahal, dua cara ini adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko penyebaran virus agar kondisi kembali normal.

Sayangnya, masih banyak menolak vaksinasi karena terjebak teori konspirasi maupun kabar burung yang tidak berdasarkan.

Informasi palsu ini menyebar dengan cepat lewat Whatsapp maupun media sosial, membuat banyak keluarga dan kerabat terpecah.

Untuk membantu memerangi hoaks yang menyebar di keluarga kita, berikut adalah penjelasan soal berbagai mitos vaksin Covid-19 yang salah kaprah.

  • Vaksin tidak berkualitas karena dibuat terburu-buru

Salah satu hoaks yang menyebar menyebut, vaksin Covid-19 dibuat dengan terburu-buru sehingga tidak efektif dan memiliki banyak efek buruk pada tubuh. Vaksin yang tersedia tidak dipersiapkan dengan layak dan tidak diuji klinis.

Faktanya, kondisi darurat pandemi global telah memungkinkan peningkatan pendanaan dan upaya agar perusahaan farmasi dapat mengembangkan vaksin tepat waktu. Hal ini belum pernah terjadi pada pembuatan vaksin sebelumnya.

Waktu yang dipersingkat bukan berarti tidak dilakukan sesuai protokol atau menghilangkan pengujian menyeluruh.

FDA, lembaga obat dan pangan di AS, juga tidak mengizinkan penggunaan darurat vaksin virus corona tanpa menyelesaikan tinjauan independen yang ketat dengan berbagai tahap uji klinis.

"Urgensi situasi adalah tekanan yang menurut saya sangat penting bagi kita semua," kata Stephen Hahn, MD, komisaris FDA. Menurutnya, para ilmuwan menyadari ini dan bekerja dengan kecepatan tinggi.

Proses produksi vaksin juga tetap mempertahankan komitmen untuk menggunakan data dan sains.

Menurut FDA, produsen biofarmasi harus mengikuti peserta studi setidaknya selama dua bulan setelah menyelesaikan seri vaksinasi, untuk memastikannya aman dan efektif, agar layak menerima otorisasi penggunaan darurat.

  • Vaksinasi membuat seseorang kebal Covid-19

Banyak orang meragukan vaksin karena masih ada penerima vaksinasi yang mengalami infeksi Covid-19. Anggapannya, vaksinasi akan membuat kita benar-benat terbebas dari penyebaran virus ini.

Hal ini tentu saja salah karena, seperti kebanyakan vaksin, para ilmuwan mengantisipasi bahwa vaksin COVID-19 tidak akan 100 persen efektif.

Sudah divaksin bukan berarti abai menjalankan protokol kesehatan, tidak mengenakan masker dan kebal terhadap virus.

Selain itu, butuh waktu agar mayoritas populasi sudah divaksin agar terbentuk kekebalan komunal karena distribusinya yang terbatas.

  • Vaksin Covid-19 Mengandung Microchip Magnetik

Salah satu hoaks yang sempat heboh adalah vaksin Covid-19 dibuat agar manusia dapat disusupi microchip magnetik. Ditandai dengan koin yang bisa menempel di lengan orang yang sudah divaksin.

Kabar ini telah dibantah langsung oleh pemerintah Indonesia melalui laman https://covid19.go.id. Hasil periksa fakta Fathia Islamiyatul Syahida dari Universitas Pendidikan Indonesia menyatakan,  reaksi magnetis sebagai efek samping vaksin sama sekali tidak berdasar.

Departemen Kesehatan Masyarakat Los Angeles juga telah membantah hoaks yang menyebytka vaksin sebagai upaya Bill Gates mengontrol manusia. Tidak ada yang tertinggal di tubuh selain vaksin, seperti dinyatakan langsung oleh Yayasan Bill dan Melinda Gates.

  • Jarum tertinggal di lengan setelah vaksin

Ketika awal program vaksinasi, banyak potongan video beredar dengan narasi bahwa jarum tertinggal di tubuh seseorang yang sudah divaksin. Faktanya, jarum yang dipakai adalah retractable needle alias bisa ditarik ke laras suntikan setelah vaksin diberikan.

Setelah divaksinasi, kita bisa melihat bahwa tidak ada cairan yang tersisa di dalam tabung suntik dan jarum berada di dalam laras tersebut.

Jika tetap tidak yakin, mintalah untuk melihat jarum suntik sebelum dan sesudah divaksin untuk memastikan tidak ada jarum yang tertinggal di tubuh.

  • Vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan

Keenganan untuk divaksin juga muncul karena salah kaprah akan pengaruhnya pada tubuh wanita. Hal ini karena hoaks yang menyatakan vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan sehingga wanita tak bisa bereproduksi.

Informasi yang menyebar, vaksin melatih tubuh untuk menyerang syncytin-1, protein dalam plasenta, yang dapat menyebabkan kemandulan pada wanita. Kenyataannya, ada urutan asam amino yang dibagi antara protein lonjakan dan protein plasenta.

Para ahli mengatakan itu terlalu singkat untuk memicu respons kekebalan dan karenanya tidak memengaruhi kesuburan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/12/161412820/5-informasi-vaksin-covid-19-yang-tak-berdasar-awas-termakan-hoaks

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com